- tim tvone/dedi herianto
Soal Kasus Pencabulan 24 Santri, Pimpinan Ponpes Padang Lawas Angkat Bicara hingga Beberkan Istilah Cucut
Padang Lawas, tvOnenews.com - Pimpinan pondok pesantren (Ponpes) Al Mustajabaah, Lukman Hakim Hasibuan angkat bicara hingga beberkan istilah Cucut soal kasus pencabulan 24 santrinya, di Padang Lawas, Sumatera Utara, Selasa (7/3/2023).
Lukman Hakim Hasibuan katakan, kedua guru agama atau ustaz tersebut sudah 4-5 tahun mengajar di Ponpes tersebut. Bahkan, kedua guru tersebut diketahui memang dekat pada sejumlah santri.
"Tersangka S (30) dan MS (26) dikenal guru yang rajin, pintar dan dekat dengan para santri. Namun dirinya tidak menyangka dengan kejadian ini. Bisa itu pak kalau di Pesantren para santri dekat dengan ustadz nya, karena kadang kadang santri dekat dengan kyai atau guru mau alap barokah istilahnya," tutur Haji Lukman, kepada tvOnenews.com, Selasa (7/3/2023).
Menurut Lukman, ponpes ini didirikan pada tahun 2017 lalu, sekitar 120 Santri/Santriwati menuntut ilmu di Ponpes Al Mustajabaah. Seluruh santri mau pun santriwati menuntut ilmu di Ponpes ini dengan cara tinggal di Ponpes tersebut.
"Kita tadi sudah ke kantor Depag terkait masalah ini, hasilnya kita telah memecat kedua guru tersebut, kedepan saat merekrut Guru kita akan lebih berhati hati, kita tidak menyangka perbuatan kedua Ustadz tersebut, soalnya pintar berpakaian rapi dan orangnya peduli," jelas Haji Lukman.
Terungkapnya desas-desus kasus dugaan pencabulan 24 santri ini sudah diketahui sejak sepekan lalu. Namun para santri tidak ada yang berani berbicara atas kejadian tersebut.
Tak hanya itu saja, ia katakan, pihak pesantren terus berupaya untuk mengorek informasi pada sejumlah santri di ponpes tersebut. Namun, setelah dilakukan upaya jaminan dan perlindungan para santri satu persatu mulai buka suara.
"Awal mula terungkapnya kejadian ini sejumlah santri yang biasanya tidak boleh berkata kasar atau berkata kotor tiba tiba keluar istilah "Cucut" jadi kita coba tanyakan sama mereka ap itu "cucut" mereka tetap bungkam. Terus kita minta para ustadz untuk pelan pelan berbicara sama santri dan kita memberikan perlindungan baru mereka mau mengakui kejadian tersebut," ungkap Lukman
Haji Lukman Hakim Hasibuan menambahkan semula para santri takut menceritakan kejadian tersebut, namun setelah kita berikan jaminan perlindungan pada Santri mereka mengakui bahwa "Cucut" (Cuma Cium) bahkan para santri mengakui apa yang dilakukan kedua tersangka tersebut.
"Mereka takut pada kedua Ustadz tersebut, namun setelah kita berikan jaminan mereka langsung menceritakan kejadian ini pada kita, kita berencana mau menemui orangtua murid pada hari Minggu (5/3/23) malam, karena kita saat itu sedang ada kegiatan MTQ tingkat Kabupaten, tapi kasus ini telah bocor keluar dan orang tua murid langsung menelpon saya dan mempertanyakan kronologis kejadian tersebut," akui Pimpinan Ponpes Lukman Hakim Hasibuan.
Untuk mengungkap kejadian ini, ia sebutkan sejumlah guru agama (ustaz) mendekati para santri. Di mana awal mulanya, dari hasil pendekatan pihak Ponpes pada para santri Lukman mengaku dari keterangan para santri hanya Cuma Cium, namun kini berkembang ke hal lain.
"Kita dapat keterangan dari para korban awalnya hanya cuma cium tapi setelah diperiksa di Polres Ada juga yang dibuka kemaluannya kemudian diisap kemaluan korban oleh kedua pelaku," jelas Lukman.
Menurut Lukman, bahwa pihak Pondok Pesantren Al Mustajabaah mendukung penuh langkah para keluarga korban, bahkan dua Guru dari pihak Ponpes telah diperiksa sebagai saksi atas kasus tersebut.
"Kita mendukung penuh langkah orangtua korban menempuh jalur Hukum, jadi kita juga menghimbau saat merekrut guru agar kita lebih berhati-hati," tegas Lukman.
Pimpinan pondok pesantren Al Mustajabaah, Lukman Hakim Hasibuan berjanji untuk kedepan akan diberlakukan pengamanan khusus disejumlah pondok pesantren Santri/Santriwati.
"Untuk menghindari kejadian serupa kedepan kita akan membuat penjagaan disejumlah ponpos," tutup Lukman. (dho/aag).