- Humas PNM
Perjuangan dan Asa di Balik Kostum Roro Jonggrang Madiun
Sesampainya di tempat penginapan, beliau menyambut dengan senyuman khas dengan gaun merah jambunya. Ugik turun sambil membawa kresek berisikan perabotan riasnya. Berat hati, Tim PNM menyusul dengan tas ransel baru untuk Ugik. Senyumnya jadi tambah lebar.
Perjalanan ke Soekarno Hatta ternyata yang paling berat. Seketika langit di kawasan bandara agak mendung. Beberapa kali kami memastikan keadaannya. Khawatir karena beliau mabuk darat di perjalanan seperti dua hari lalu saat kami jemput di Halim. Sesekali kami sempat bercandakan karena Si Roro Jonggrang sampai menenggak 2 sachet obat anti mabuk perjalanan.
Mendekati Terminal Didapati wajahnya yang menempel ke jendela dengan isakan yang pelan. Sontak, Ayu menanyakan keadaan beliau. Tangisan Ugik kini tidak dapat disembunyikan lagi.
“Saya tuh terharu, saya tuh senang sekali. Saya bisa sampai ke Jakarta karena usaha saya selama ini. Orang-orang desa bisa percaya dengan Saya dan bangga Saya bisa sampai seperti ini,” jelas Ugik dalam Bahasa Jawa di tengah isakan haru.
Pelukannya erat sampai di Pintu Keberangkatan. Semuanya hanyut dalam tangisan perpisahan. Melambaikan tangan sembari Ugik yang tetap menyautkan, “terima kasih PNM!”.
Wedjangan Roro Jonggrang hebat asal Madiun itu tidak pernah terlupakan. Kegigihan dan mental yang kuat selalu jadi prinsip utamanya dalam terus mengais rezeki. Ia tidak kenal lelah, rajin tersenyum dan selalu berhasil membuat siapapun di sekitarnya ikut terhibur.
“Jamanku sebagai perempuan ndak semudah jamanmu sekarang, mbak,” ucapnya pelan.