- Tim tvOne - Aditya Bayu
Puluhan Bangunan Retak Akibat Gempa Swarm di Ambarawa
Semarang, Jawa Tengah - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Semarang, Jawa Tengah menyebut ada 33 bangunan rumah warga dan satu rumah sakit umum daerah, yang terdampak akibat rentetan gempa swarm yang melanda Ambarawa dan sekitarnya sejak Sabtu (23/10/2021) hingga selasa (26/10/2021).
Kepala Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Kabupaten Semarang, Heru Subroto saat dihubungi pada Selasa(26/10/2021) mengatakan, 33 rumah warga dan satu bangunan komplek RSUD dr Gunawan Mangunkusumo Ambarawa mengalami keretakan pada bagian dinding dan juga struktur bangunan. Meski adanya keretakan pada puluhan bangunan, namun hingga saat ini belum ada laporan rumah atau bangunan yang roboh akibat gempa yang sudah terjadi puluhan kali.
" Laporan kerusakan bangunan berdasarkan laporan warga dan hasil asismen BPBD, saat ini setidaknya ada 33 bangunan rumah dan satu RSUD yang mrngalami keretakan bangunan. Disini kami melihat retakan yang terjadi bukan retakan yamg sampai menimbulkan rekahan, namun retakan retakan kecil seperti helai rambut", kata Heru.
Meski tidak menimbulkan kerusakan atau bangunan yang roboh akibat gempa, namun dilaporkan puluhan rumah mengalami keretakan akibat dari gempa swarm yang terjadi sejak hari Sabtu kemarin.
" Kalau melihat koordinasin kami dengan BMKG, ini merupakan jenis gempa swarm yaitu gempa dengan magnitudo yang rendah dan terjadi di kedalaman yang dangkal serta intensitasnya rutin, dimana terakhir gempa dirasakan masyarakat pada Senin (25/10/2021) malam. Meski memiliki getaran yang rendah namun dengan intensitas yang tinggi, gempa swarm juga bisa mengakitakan kerusakan pada bangunan yang tidak memiliki konstruksi yang kuat", Kata Heru.
Saat ini BPBD masih terus melakukan pendataan terkait dengan dampak yang terjadi akibat gempa di Ambarawa, karena selain laporan mengenai keratakan yang melanda puluhan bangunan rumah warga dan RSUD Dr. Gunawan Mangunkusumo, dilaporkan juga ada sejumlah sekolah yang mengalami keretakan dan para siswa terpaksa mengikuti PTM jarak jauh atau daring. (Aditya Bayu/Buz)