- Istimewa
Jakarta Jadi Kota Paling Berpolusi di Dunia, Pemprov DKI Wacanakan Hybird Working
Jakarta, tvOnenews.com - Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono menyarankan agar di wilayah Jakarta menerapkan Hybird Working atau pembagian jadwal bekerja.
Kalau menurut Heru, sistem Hybird Working ini serupa dengan Work From Home (WFH) atau bekerja dari rumah. Hal ini dicanangkan guna menekan angka polusi udara di Jakarta yang semakin mengkhawatirkan.
“Kalau jamnya memang masyarakat atau pegawai itu yang bersentuhan masyarakat tentunya ke kantor. Kalau tidak pelayanan perencanaan lain, mungkin work from home ya,” kata dia, saat konferensi pers polusi Jabodetabek, di Jakarta Pusat, Senin (14/8/2023).
Heru berharap agar Kementerian/Lembaga lain dapat menerapkan wacana Hybird Working ini. Sementara untuk Pemprov DKI Jakarta sendiri akan mulai menerapkan wacana tersebut pada September 2023.
“Ini sebesar lagi sedang dihitung berapa presentasenya setiap OPD (Organisasi Perangkat Daerah). Mudah-mudahan September ini saya bisa langsung jalanin,” ungkapnya.
Sementara itu, kebijakan Hybird Working ini bersifat wajib bagi organisasi di bawah naungan Pemprov DKI Jakarta. Sementara untuk swasta sendiri masih bersifat imbauan.
“Swasta tadi hasil rapat, mudah-mudahan swasta dari tingkat pusat bisa menetapkan itu ya kaya covid. Tapi di Pemprov DKI sifatnya wajib di bawah saya,” pungkas dia.
Sebelumnya, Jokowi sebut perlu sistem kerja hybrid untuk kurangi polusi Jabodetabek. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan perlu mendorong sistem kerja hybrid untuk mengurangi polusi udara di Jabodetabek yang dalam sepekan terakhir masuk ke kategori sangat buruk.
"Jika diperlukan kita harus berani mendorong banyak kantor melaksanakan hybrid working, work from office, work from home mungkin. Saya tidak tahu nanti dari kesepakatan di rapat terbatas ini apakah (jam kerja) 7-5, 2-5 atau angka yang lain," ujar dia, Senin (14/8/2023).
Jokowi mengatakan kualitas udara di Jabodetabek selama sepekan terakhir sangat buruk. Pada Sabtu (12/8/2023), kualitas udara di DKI Jakarta berada di angka 156 atau masuk kategori tidak sehat.
Menurut Jokowi, kemarau panjang hingga penggunaan sumber energi dari batu bara menjadi faktor penyebab buruknya kualitas udara di Jabodetabek. (agr/aag)