- Antara
Prabowo dan Ganjar Makan Bareng Jokowi, Anies Pilih Pidato Kebangsaan di UI
Jakarta, tvOnenews.com - Presiden Joko Widodo mengajak Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto santap siang di sela kegiatan di Pekalongan, Selasa (29/8/2023).
Hal itu disampaikan Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana melalui keterangan tertulis kepada wartawan di Jakarta.
Ari Dwipayana membagikan foto-foto kegiatan Presiden santap siang bersama dalam akun Instagram @dwipayanaari. Menurut Ari, santap siang itu dilakukan setelah Presiden menghadiri acara Muktamar Sufi di Pekalongan.
Pada Muktamar Sufi itu Ganjar hadir selaku Gubernur Jateng, sementara Prabowo Subianto selaku Ketua Panitia Muktamar.
"Ini suasana makan siang setelah Muktamar (Sufi) di rumah makan Teras Bali Kota Pekalongan," kata Ari saat dikonfirmasi wartawan dari Jakarta, Selasa.
Dalam foto tidak hanya Ganjar dan Prabowo yang ikut makan siang dengan Presiden, namun tampak juga Menteri Sekretaris Negara Pratikno, istri Ganjar Pranowo Siti Atikoh dan Wali Kota Pekalongan Afzan Arslan Djunaid.
Mereka tampak tengah menikmati durian.
Ari Dwipayana mengatakan suasana santap siang berjalan santai. Usai santap siang Presiden didampingi Ibu Negara serta rombongan termasuk Ganjar dan Prabowo blusukan ke Pasar Grogolan Pekalongan.
Sementara itu, Bakal Calon Presiden RI Anies Rasyid Baswedan memberi solusi terkait dengan komersialisasi pendidikan di perguruan tinggi yang akhir-akhir ini biayanya melambung.
"Negara harus hadir, biaya tinggi pendidikan harus diubah murah dan terjangkau oleh masyarakat Indonesia," kata Anies Baswedan di Depok, Jawa Barat, Selasa, ketika menjawab pertanyaan Ketua BEM FISIP UI Muhammad Rafkario Afi yang menilai saat ini terjadi komersialisasi di perguruan tinggi.
Rafka mengatakan bahwa biaya kuliah di perguruan tinggi saat ini makin mahal. Banyak keluarga yang mengeluh biaya kuliah yang makin melambung.
Anies mengingatkan kepada pengelola perguruan tinggi agar jangan melihat mahasiswa sebagai komersial semata yang bisa mengakibatkan biaya pendidikan tinggi.
Anies yang pernah sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan masa jabatan 27 Oktober 2014—27 Juli 2016 lantas mengungkapkan bahwa tanda komersialisasi pendidikan tinggi sejak lama.
Pada tahun 1997, Rektor Universitas Paramadina periode 2007—2015 ini pernah menulis buku tentang komersialisasi pendidikan.
Untuk itu, Anies meminta pengelola pendidikan untuk mengembangkan ilmu sehingga bisa melahirkan lulusan yang berkualitas sesuai dengan bidang keilmuannya.
"Pengeluaran negara untuk pendidikan jangan dianggap sebagai biaya. Akan tetapi, dilihat sebagai investasi masa depan agar mahasiswa bisa meneruskan pendidikan," katanya.
Menurut Anies, perubahan pendidikan yang murah maka harus ada kebijakan di tingkat pusat.
"Biaya yang ditanggung pemerintah harus dilihat sebagai bagian dari investasi," kata alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM) ini. (ant/ebs)