- Istimewa
Yusril sebagai Jalan Tengah Prabowo untuk KIM, Pangi Syarwi Beberkan Analisisnya
"Yusril memiliki potensi besar untuk membawa perubahan positif dalam pemerintahan Indonesia. Hal ini juga sejalan dengan data Voxpol Center dalam survei yang sama dimana 54,2% pemilih menginginkan calon pemimpin yang jujur, bersih dan bebas dari korupsi, tentu ini menjadi poin tambahan yang membuat sosok Yusri layak untuk dipertimbangkan," tegasnya.
Ketiga, Yusril Ihza Mahendra sebagai solusi yang berpotensi meraih dukungan luas dari berbagai segmen pemilih, khususnya pemilih muslim moderat.
Yusril Ihza Mahendra dikenal dengan sikap moderatnya, dalam situasi politik yang semakin kompleks sikap moderat adalah elemen lem perekat yang sangat penting untuk meraih dukungan dari berbagai segmen pemilih.
"Pemilih muslim moderat merupakan kekuatan besar di Indonesia dan Yusril dengan pandangan moderatnya memiliki potensi untuk memenangkan hati dan simpati dukungan dari segmen pemilih ini," beber Pangi Syarwi Chaniago.
Pangi Syarwi Chaniago juga katakan, sikapnya moderat ini menjadikan Yusril sebagai pemimpin yang bisa mengemban tugas-tugas penting dalam iklim politik yang kompleks dan beragam.
Keempat, sebuah aspek penting yang juga perlu dipertimbangkan adalah perlindungan hukum yang mungkin diperlukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) setelah ia tidak lagi menjabat sebagai presiden, Yusril Ihza Mahendra menjadi opsi yang layak dipertimbangkan dalam hal ini.
"Dengan latar belakangnya yang kuat dalam bidang hukum dan tata negara, serta pengalamannya dalam beberapa pemerintahan sebelumnya, Yusril dapat menjadi “perisai hukum” yang efektif bagi mantan presiden untuk mengakhiri pemerintahannya dengan “soft landing” dan khusnul khotimah dalam karir politiknya," pungkas Pangi Syarwi Chaniago.
Kelima, temuan riset Voxpol alasan pemilih di dalam memutuskan pilihan cawapres sangat signifikan pengaruhnya ditentukan figur kandidat calon wakil presiden sebesar 67,6 persen, sementara pengaruh partai politik pengusungnya hanya sebesar 6,8 persen.
"Itu artinya pemilih lebih cenderung tertarik pada kapasitas figur/ketokohan kandidasi, ketimbang partai politik pengusungnya," kata Pangi Syarwi Chaniago.