- Istimewa
Festival MudaBerdaya: Menjadi Otentik dan Tak Terjebak Kepalsuan FOMO
“Kalian suka dengan kutipan saya atau Rocky Gerung? Kalau untuk gagah-gagahan, ikut-ikutan, buat apa? Kenapa enggak kalian ciptakan moment of truth kalian?” ungkap pria yang kerap dipanggil, Kang Maman, ini.
Maman mendorong anak-anak muda agar menemukan moment of truth masing-masing. Sulit mendefinisikan moment of truth ke dalam Bahasa Indonesia. Namun, Maman mencontohkan moment of truth ketika dia melihat seorang anak kecil terlihat asyik membaca buku bersama teman-temannya.
Dia dekati anak tertua di antara sekelompok anak berusia SD itu. Maman baru menyadari anak itu memegang buku terbalik, yang menandakan sang anak hanya berpura-pura membaca. Beberapa tahun kemudian saat Maman kembali ke daerah itu, seorang anak mendadak merangkul kakinya.
“Dia bilang, ‘masih ingat saya, Om? Saya dulu yang baca buku terbalik tapi karena Om tidak permalukan saya, saya bertekad bisa baca dengan baik dan hari saya mau menyampaikan puisi’. Moment of truth sekecil itu yang menjadikan saya saat ini,” kenang Maman.
“Ayo kita cari jati diri kita sendiri. Pernah enggak kamu mem-follow hatimu?” ungkap Maman.
Ferry Irwandi, yang menjadi pembicara di sesi Teras Literasi Festival Muda Berdaya, memiliki pandangan serupa soal mencari jati diri dan arti kebahagiaan. Menurut Ferry, kebahagian diri hanya bersifat jangka pendek. Namun, memberikan kebahagiaan kepada orang lain akan menjadi investasi jangka panjang karena bisa mengubah hidup seseorang. Membahagiakan orang lain juga menjadikan kita tidak egois.
“Kemampuan public speaking yang keren mungkin bisa dilihat orang lain, tapi kemampuan berempati bisa mengubah orang lain. Ketika kita berbuat baik kepada orang lain, maka kebahagiaan akan balik ke kita,” ucap Ferry, content creator yang banyak memopulerkan stoikisme di Youtube.