- Istimewa
Paling Melek Teknologi Digital, Gen-Z Tetap Harus Pahami Batasan Berekspresi di Medsos
tvOnenews.com - Setiap generasi memiliki cara pandang dan zaman sendiri yang berbeda. Begitu juga antara generasi baby boomers, generasi X, generasi Y, dan generasi Z. Masing-masing generasi itu memiliki cara interaksi dan komunikasi yang berbeda.
”Di antara semua generasi tersebut, generasi Z (lahir mulai pertengahan 1990- 2010) merupakan generasi yang paling ’melek’ teknologi digital,” ujar pemerhati telematika dan multimedia Roy Suryo dalam webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Bali di Kabupaten Karangasem, Selasa (2/4).
Dalam diskusi online bertajuk ”Bebas Namun Terbatas, Berekspresi di Media Sosial” Roy Suryo mengatakan, sebagai generasi yang paling melek teknologi digital (digital native), internet, teknologi, perang, terorisme, resesi, dan media sosial telah membentuk kehidupan mereka. Gen Z juga memiliki kecerdasan dan IQ lebih tinggi dibanding generasi sebelumnya.
”Media sosial menghubungkan mereka secara global dengan rekan-rekan mereka, juga dengan pengetahuan. Mereka menerima populasi yang beragam. Gen Z selalu terhubung dalam dunia sosial, data, dan hiburan berbasis dunia maya (digital),” jelas Roy Suryo dalam diskusi virtual yang dipandu moderator Khadafi itu.
Mantan Menpora itu mengingatkan, saat ini Gen Z menjadi tumpuan yang akan mengantarkan Indonesia pada masa generasi emas 2045. Generasi ini sering disebut sebagai kaum zoomer dan milenial.
”Komposisi jumlah penduduk Indonesia saat ini dikuasai oleh Gen Z (27,9 persen). Wajar jika pada 2045 akan muncul generasi emas bangsa, yang multitasking dan mampu menghadapi lima layar aktif sekaligus,” imbuh Roy Suryo di depan siswa dan tenaga pendidik yang mengikuti webinar secara nobar dari sekolah masing-masing.
Sejumlah sekolah menengah di Kabupaten Karangasem ikut bergabung sebagai peserta webinar secara nobar. Di antaranya, SMPN 1 Amplapura, SMPN 6 Amlipura, SMPN 4 Amlapura, SMPN 2 Bebandem, dan SMPN 1 Bebandem.
Dari perspektif etika digital, Pengawas SMP Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kab. Karangasem I Ketut Latri meminta para siswa untuk menghindari konten negatif saat berada di dunia digital. Misalnya, melanggar kesusilaan, perjudian, penghinaan atau pencemaran nama baik, hoaks, menyebarkan kebencian dan permusuhan.
”Tindakan etis terkait konten negatif, lakukan analisis, verifikasi, dan tidak perlu ikut menyebarkan konten negatif. Lalu, produksi konten yang bermanfaat dan positif,” jelas Ketut Latri.
Musisi sekaligus pelaku industri event Raka Maukar menutup sesi diskusi dengan mengingatkan para siswa terkait adanya dampak negatif era digital. Di antaranya, distorsi informasi, ketergantungan pada teknologi, keterbatasan interaksi sosial, tuntutan untuk selalu terhubung, dan persaingan yang semakin ketat.
”Tentu, banyak pula dampak positifnya, seperti kemunculan e-commerce, dompet digital, dan aplikasi fintech. Kalau digunakan secara benar, seluruh aplikasi tersebut tentu bisa memudahkan kehidupan penggunanya,” tutup Raka Maukar.
Sekadar catatan, webinar seperti dihelat di Kabupaten Karangasem ini merupakan bagian dari Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) yang dilaksanakan sejak 2017. Tahun ini, program #literasidigitalkominfo tersebut mulai bergulir pada Februari 2024.
Berkolaborasi dengan Siber Kreasi dan 142 mitra jejaring seperti akademisi, perusahaan teknologi, serta organisasi masyarakat sipil, program menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital ini membidik segmen pendidikan dan segmen kelompok masyarakat sebagai peserta.
Meningkatkan kecakapan warga masyarakat menjadi penting, utamanya karena – menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) – pengguna internet di Indonesia pada 2024 telah mencapai 221,5 juta jiwa dari total populasi 278,7 jiwa penduduk Indonesia.(chm)