- Istimewa
Ingat, Perhatikan Tata Krama dan Etika Saat Promosi Budaya lewat Konten Digital
tvOnenews.com - Era digital memudahkan promosi budaya Indonesia dalam sebuah konten digital. Meski begitu, hal yang patut diingat dalam membuat konten ialah selalu memperhatikan tata krama atau etika digital. Kenapa? Etika selalu berlaku, baik di dunia nyata maupun dunia maya.
Sekretaris Yayasan Pendidikan Cendekia Utama Meithiana Indrasari mengungkapkan hal tersebut, saat menjadi pembicara dalam webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau untuk segmen pendidikan, di Kabupaten Indragiri Hulu, Kamis (2/5).
Meithiana mengatakan, etika digital dibutuhkan karena dalam ruang digital kita akan berinteraksi dan berkomunikasi dengan berbagai kultur yang berbeda. Lebih dari itu, interaksi antar-budaya dapat menciptakan standar baru tentang etika.
”Dengan media digital, setiap warganet berpartisipasi dalam berbagai hubungan dengan banyak orang melintasi geografis dan budaya. Dengan berbagai cara, mereka membangun hubungan lebih jauh dan berkolaborasi dengan orang lain. Sehingga, segala aktivitas digital – di ruang digital dan menggunakan media digital – memerlukan etika digital,” tutur Meithiana Indrasari dalam diskusi yang dipadu moderator Azka Said itu.
Kompetensi literasi digital, lanjut Meithiana, sangat dibutuhkan dalam pembuatan konten digital untuk promosi wisata dan budaya. Apalagi, pembuatan konten berhubungan dengan kreativitas, kolaborasi, penggunaan aplikasi maupun platform digital.
”Pembuatan konten digital harus memperhatikan ruang lingkup etika. Seperti penuh kesadaran, integritas, tanggung jawab, dan kebajikan atau hal-hal yang bernilai kemanfaatan, kemanusiaan, dan kebaikan,” rinci Meithiana Indrasari dalam diskusi bertajuk ”Promosi Budaya Indonesia Lewat Konten Digital” itu.
Di akhir paparannya, Meithiana berpesan kepada para siswa peserta diskusi untuk senantiasa menerapkan tata krama berinternet dengan menghindari berbagai jenis konten negatif.
”Hindari perjudian, melanggar kesusilaan, penghinaan dan pencemaran nama baik, ujaran kebencian, pemerasan dan pengancaman serta hoaks,” tegas Meithiana Indrasari di depan para pendidik dan siswa sekolah menengah yang mengikuti diskusi online ini dengan menggelar nonton bareng (nobar) dari sekolah masing-masing.
Beberapa sekolah menengah yang menggelar nobar diskusi online di Kabupaten Indragiri Hulu, di antaranya di SMAN 2 Rengat Inhu, SMAN 1 Rengat Barat, SMAN 2 Rengat Barat, SMAN 1 Lirik, SMPN 2 Rengat, SMPN 1 Lirik, dan SMP IT Darul Ulum Indragiri.
Terkait topik diskusi, drummer kelompok musik Hijau Daun Rio Aries Kusnanto mengatakan, budaya Indonesia yang ramah, sopan santun dalam berperilaku, dapat dikemas dalam sebuah konten digital sehingga menghasilkan cuan.
”Selain melestarikan budaya, pembuatan konten hendaknya dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Agar dapat diterima dunia internasional, konten hendaknya dilengkapi subtitle bahasa Inggris,” jelas Rio Aries Kusnanto.
Sementara Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kabupaten Indragiri Hulu Anto menyebut pentingnya literasi digital untuk para siswa. ”Literasi digital bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan berbagai bentuk dan jenis media yang berbeda, serta memahami dan menggunakannya secara bijak,” tegasnya.
Untuk diketahui, webinar seperti dihelat di Kabupaten Indragiri Hulu ini merupakan bagian dari Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) yang dilaksanakan sejak 2017. Program #literasidigitalkominfo tersebut tahun ini mulai bergulir pada Februari 2024.
Berkolaborasi dengan Siber Kreasi dan 142 mitra jejaring seperti akademisi, perusahaan teknologi, serta organisasi masyarakat sipil, program ini membidik segmen pendidikan dan segmen kelompok masyarakat sebagai peserta.
Meningkatkan kecakapan warga masyarakat menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital menjadi penting, karena – menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) – pengguna internet di Indonesia pada 2024 telah mencapai 221,5 juta jiwa dari total populasi 278,7 jiwa penduduk Indonesia.
Survei APJII juga menyebut, tingkat penetrasi internet Indonesia pada 2024 menyentuh angka 79,5 persen. Ada peningkatan 1,4 persen dibandingkan periode sebelumnya. Terhitung sejak 2018, penetrasi internet Indonesia mencapai 64,8 persen. Kemudian naik secara berurutan menjadi 73,7 persen pada 2020, 77,01 persen pada 2022, dan 78,19 persen pada 2023.(chm)