- Istimewa
Jelita Academy Jembatani Perempuan Indonesia Gali Potensi Diri, Selaraskan Tubuh, Pikiran, dan Jiwa
Mengenai workshop JeLiTa Academy Batch 1, Volume 1, Alia menjelaskan para peserta diajak untuk meningkatkan kesadaran akan dirinya terlebih dahulu.
"Di batch pertama ini lebih kepada kesadaran dahulu. Kita sadari dulu siapa sih kita, ngapain sih kita, kita bagian dari apa sih? Kalau yang saya pegang di bagian mental health-nya, untuk kesadaran dari diri perempuan itu sendiri. Kita tahu perempuan itu multitasking, perannya banyak. Kita kembalikan lagi ke fitrahnya agar seimbang lagi. Ada yang multitasking sampai sudah burn out, capek, harus begini-begitu sebagai ibu, istri, anak, sebagai apa di kantor. Nah, semua multitasking itu kita coba naikkan kesadarannya," tuturnya.
Setelah itu setiap peserta dibimbing agar mampu mengatasi kendala dan tantangan yang akan hadir dalam kehidupannya mendatang. Juga menjadikan pengalaman baik maupun buruk dalam hidupnya sebagai bahan bakar untuk meningkatkan kualitas diri.
"Kita melatih perempuan ini untuk bisa menavigasi, atau berlatih untuk menghadapi agar bisa melewati gelombang kehidupan yang akan dia lalui di kehidupan pada masa yang akan datang. Kalau sejarah kan sudah berlalu. Misalnya, dia pernah mengalami hal-hal yang traumatik, atau hal-hal yang menyedihkan. Itu kan sudah menjadi bagian dari pembelajaran. Nah, kita ingin perempuan-perempuan Indonesia setelah mengikuti JeLiTa Academy bisa lebih selaras menavigasi gelombang kehidupan yang akan datang. Jadi kita seperti memberi sekoci penyelamat, atau tools, supaya dia bisa pakai pada saat mengarungi kehidupan," katanya.
Alia juga menyoroti pentingnya mengelola kesehatan mental (mental health). Apalagi isu kesehatan mental ini masih dipandang negatif oleh sebagian masyarakat. Mereka melabeli orang dengan masalah kesehatan mental dengan predikat 'sakit jiwa.'
"Saat ini isu mental health sudah banyak digaungkan, alhamdulillah. Tidak seperti zaman dulu bahwa hal-hal yang kita tidak sadari, kita dianggap aneh sendiri. Setelah pandemi kemarin, mulai banyak yang bermunculan. Di sini kita mencoba untuk menaikkan kesadaran karena misalnya terhalang oleh stigma, bahwa kalau mental health itu pasti sakit jiwa, gila, atau stres, insecure. Kita mencoba bahwa mental health itu semua orang punya. Tinggal bagaimana kita menyikapinya, mengetahui caranya, tools-nya untuk mengelola yang datang, untuk menghadapi gelombang yang datang. Jawaban itu jangan dicari di mana-mana, tapi itu ada di dalam lho. Biasanya kita sibuk mencerna jawaban di luar, tapi kita lupa jawabannya ada di dalam. Karena sesungguhnya yang tahu jawabannya itu diri kita sendiri. Kita ingin mengajak supaya teman-teman sadar, bisa mengidentifikasi diri dia. Kalau kita sudah bisa terkoneksi dengan diri sejati kita, insyaAllah perjalanan kita ke depan akan lebih selaras," ucapnya.
Lebih lanjut, Alia mengajak para perempuan yang belum mengikuti workshop JeLiTa Academy untuk bergabung di batch dan volume berikutnya. Terutama ibu rumah tangga, karena fondasi kokoh rumah tangga dan kebahagiaan keluarga bergantung pada seorang ibu.