- freepik.com
Kenali, Algoritma Penjaga Privasi sebagai Benteng Pertahanan Terhadap Invasi Digital
tvOnenews.com - Gempuran kemajuan teknologi informasi dan penetrasi internet yang semakin luas membuat kehidupan semakin terintegrasi dengan dunia maya. Namun, seiring dengan kenyamanan dan aksesibilitas yang ditawarkan, muncul pula kekhawatiran tentang keamanan privasi online kita.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dr. Sutomo Surabaya Meithiana Indrasari, mengungkapkan hal tersebut dalam webinar literasi digital untuk segmen pendidikan yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) RI bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau, di Kabupaten Kampar, Jumat (7/6).
Meithiana mengatakan, era personalisasi internet membuka pintu bagi algoritma canggih yang secara otomatis mengumpulkan dan menganalisis data pribadi. Untuk menavigasi tantangan ini, muncullah algoritma penjaga privasi sebagai benteng pertahanan terhadap invasi digital.
”Algoritma yang dapat mengancam keamanan digital umumnya melibatkan metode yang memungkinkan akses tidak sah, perusakan, atau pencurian data,” jelas Meithiana Indrasari dalam diskusi virtual yang dipandu moderator Dewi Baruna Lestari itu.
Dalam diskusi online bertajuk ”Mengenal Algoritma Media Sosial”, Meithiana menyebut algoritma penjaga privasi dirancang untuk melindungi pengguna dari potensi penyalahgunaan data pribadi. Mereka mengintegrasikan prinsip-prinsip enkripsi, anonimitas, dan kontrol pengguna untuk menciptakan lingkungan online yang lebih aman.
”Algoritma penjaga privasi menggunakan enkripsi untuk melindungi data pribadi selama proses pengiriman dan penyimpanan. Dengan mengubah informasi menjadi kode terenkripsi, algoritma ini membuatnya sulit bagi pihak yang tidak berwenang untuk membaca atau memanfaatkannya,” imbuh Meithiana Indrasari di depan para pendidik dan siswa sekolah yang mengikuti diskusi online dengan menggelar nonton bareng (nobar) dari sekolah masing-masing.
Sekolah yang menggelar nobar diskusi online di Kabupaten Kampar, Riau, di antaranya: SMPN 3 Bonai Darussalam, SMAN 2 Tapung Hilir, SMAN 2 Tambang, SMAN 1, SMAN 2 Bangkinang Kota, SMAN 1 Kampar Timur, SMAN IT Al-Utsaimin Bangkinang, SMAN 1 Kampar, SMA IT Bangkinang, dan SMA 3 Tapung Hulu.
Dari perspektif berbeda, pegiat literasi digital Indonesia Moh. Rouf Azizi mengatakan, tingkat penetrasi internet yang tinggi di Indonesia menuntut kehati-hatian pengguna terhadap munculnya ancaman keamanan digital.
”Dengan 220 juta pengguna internet (2024), Indonesia termasuk negara dengan potensi besar di dunia digital. Potensi ini dapat dijadikan algoritma tertentu dan dimanfaatkan pasar global,” jelas Moh. Rouf Azizi.
Sementara instruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Nasional Wedi Hartoyo mengingatkan peserta diskusi untuk senantiasa berhati-hati dan waspada terhadap penipuan digital, seperti scam, spam, phising, dan hacking.
”Scam memanfaatkan empati dan kelengahan kita, adapun spam berupa informasi mengganggu yang berbentuk iklan secara halus. Baik berupa pemalsuan data, penipuan atau pencurian data yang dilakukan bertubi-tubi atau berulang-ulang,” pungkas Wedi Hartoyo.
Untuk diketahui, webinar seperti dihelat di Kabupaten Kampar, Riau ini, merupakan bagian dari Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) yang dilaksanakan sejak 2017. Program #literasidigitalkominfo tersebut tahun ini mulai bergulir pada Februari 2024, berkolaborasi dengan Siber Kreasi dan 142 mitra jejaring.
Meningkatkan kecakapan warga masyarakat menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital menjadi penting, karena – menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) – pengguna internet di Indonesia pada 2024 telah mencapai 221,5 juta jiwa dari total populasi 278,7 jiwa penduduk Indonesia.(chm)