- Antara
Harus Berpikir Kritis dan Analitis untuk Jadi Pengguna Media Sosial yang Bijak
tvOnenews.com - Menjadi warganet yang bijak, kreatif, dan inovatif berarti harus mampu mawas diri, dan menggunakan akal budi dalam beraktivitas. Selain itu, bisa berkolaborasi, berinteraksi, dan berjejaring antar-pengguna, utamanya dalam melakukan posting, chatting, dan sharing.
”Menjadi pengguna media sosial yang bijak harus berpikir kritis dan analitis, mampu menjaga privasi dan keamanan, serta berkomunikasi dengan sopan dan bertanggung jawab,” tutur Ketua Program Studi Ekonomi Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah Tulungagung Mei Santi, dalam webinar literasi digital di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, Senin (10/6).
Dalam diskusi virtual untuk segmen pendidikan sekolah menengah yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) RI bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur itu, Mei menegaskan, bijak dalam arti kritis, maka warganet akan mempertanyakan informasi sebelum dibagikan atau dipercaya.
”Lalu, melacak sumber informasi dan memverifikasi, lantaran menyadari adanya bias dan agenda yang tersembunyi dalam konten media sosial,” tegas Mei Santi dalam diskusi yang dipandu moderator Chichi Zakaria.
Adapun menjadi warganet yang kreatif, menurut Mei, yakni mengembangkan konten kreatif: berbagi ide dan bakat dengan orang lain, berpartisipasi dalam komunitas online, dan menggunakan media sosial untuk belajar dan berkembang.
”Pahami konten negatif yang melanggar undang-undang, selalu mengingat rekam jejak digital di internet, serta menggunakan media sosial untuk sinergi dan kolaborasi kebaikan yang bermanfaat,” imbuh Mei Santi.
Dalam diskusi bertajuk ”Menjadi Pengguna Media Sosial yang Bijak, Kreatif, dan Inovatif” itu, Mei Santi menambahkan, menjadi warganet yang inovatif berarti memiliki kemampuan memanfaatkan teknologi media sosial terbaru: mencoba platform dan fitur media sosial baru, bereksperimen dengan format konten berbeda, dan up to date dengan tren media sosial terbaru.
”Kreatif juga berarti berpikir di luar kebiasaan, atau memanfaatkan teknologi AI untuk meningkatkan kreativitas dan keterlibatan,” kata Mei Santi di depan para pendidik dan siswa sekolah menengah yang mengikuti diskusi online dengan menggelar nonton bareng (nobar) dari sekolah masing-masing.
Sekolah menengah di Kabupaten Magetan yang mengikuti kegiatan nobar di ruang kelas, di antaranya: SMPN 1, SMPN 2 Barat, SMPN 3, SMPN 4 Magetan, SMPN 1 Sidorejo, SMPN 1 Panekan, SMPN 1 Takeran, SMPN 1 Poncol, SMPN 1, SMPN 2 Parang, SMPN 1 Plaosan, SMPN 1 Ngariboyo, dan SMP IT AL Jahra.
Dari perspektif berbeda, musisi Mia Marcellina mengatakan, sebagai pelantar digital yang memfasilitasi pengguna untuk saling berinteraksi atau berbagi konten tulisan, gambar, foto, video, media sosial telah menjadi gaya hidup.
”Pengguna media sosial yang bijak, kreatif, dan inovatif harus memiliki kompetensi keamanan digital. Menjaga privasi atau kebebasan informasi pribadi dari perhatian yang tidak diinginkan, dan keamanan atau kebebasan data dari potensi ancaman,” jelas Mia Marcellina.
Sementara, menurut Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Magetan Irawan, bijak, kreatif, dan inovatif di media sosial juga bermakna harus mampu melakukan tindakan etis terkait konten negatif, seperti perundungan (cyberbullying), ujaran kebencian, dan hoaks.
”Lakukan analisis, verifikasi, dan tidak ikut menyebarkan konten negatif, dan sebaliknya produksi konten positif dan bermanfaat,” tegas Irawan.
Untuk diketahui, webinar seperti digelar di Kabupaten Magetan ini merupakan bagian dari program Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) yang dihelat Kemkominfo. GNLD digelar sebagai salah satu upaya untuk mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan hingga kelompok masyarakat menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital.
Sampai dengan akhir 2023, program #literasidigitalkominfo mencatat sebanyak 24,6 juta orang telah mengikuti program peningkatan literasi digital yang dimulai sejak 2017. Kegiatan ini diharapkan mampu menaikkan tingkat literasi digital 50 juta masyarakat Indonesia hingga akhir 2024.
Kecakapan digital menjadi penting, karena – menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) – pengguna internet di Indonesia pada 2024 telah mencapai 221,5 juta jiwa dari total populasi 278,7 juta jiwa penduduk Indonesia.(chm)