- Tim tvOne
WHO Pastikan Infeksi Virus Covid-19 Varian Omicron Berbahaya Bagi Mereka yang Belum Melaksanakan Vaksinasi
Jenewa, Swiss – World Health Oraganization (WHO) yang merupakan organisasi kesehatan dunia memastikan gejala Virus Covid-19 varian Omicron memang lebih ringan dari gejala varian Delta. Meski begitu, varian ini berbahaya bagi mereka yang belum vaksinasi.
Seperti dilansir AFP, Kamis (13/1/2022) WHO mengatakan lonjakan global besar kasus memang disebabkan oleh Omicron. Meski begitu dia memastikan Omicron hanya berbahaya bagi mereka yang belum divaksin.
"Sementara Omicron menyebabkan penyakit yang lebih ringan daripada Delta, itu tetap menjadi virus berbahaya, terutama bagi mereka yang tidak divaksinasi," kata kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Tedros menegaskan semua pihak tidak boleh menyerah pada Omicron ini. Terlebih, jika ada pihak yang belum divaksinasi.
"Kita tidak boleh membiarkan virus ini menumpang atau mengibarkan bendera putih, terutama ketika begitu banyak orang di sekitar yang tidak divaksinasi.
Dia lantas membeberkan alasan Omicron berbahaya di Afrika. Menurutya hampir 85 persenn orang belum divaksinasi di sana.
"Di Afrika, lebih dari 85 persen orang belum menerima satu dosis vaksin. Kita tidak dapat mengakhiri fase akut pandemi kecuali kita menutup celah ini."
Tedros ingin setiap negara memiliki 10 persen populasinya divaksinasi pada akhir September 2021, 40 persen pada akhir Desember, dan 70 persen pada pertengahan 2022. Tapi 90 negara masih belum mencapai 40 persen, 36 di antaranya masih kurang dari 10 persen, katanya.
"Sebagian besar orang yang dirawat di rumah sakit di seluruh dunia tidak divaksinasi,"tambahnya.
Sementara vaksin tetap sangat efektif untuk mencegah kematian dan penyakit Covid-19 yang parah, vaksin tidak sepenuhnya mencegah penularan, kata Tedros.
"Lebih banyak penularan berarti lebih banyak rawat inap, lebih banyak kematian, lebih banyak orang yang tidak bekerja -- termasuk guru dan petugas kesehatan -- dan lebih banyak risiko munculnya varian lain yang bahkan lebih menular dan lebih mematikan daripada Omicron," ujarnya. (tvOne/ade)