- Antara
Ini yang Diperlukan Agar Bijak Bermedia Sosial Tanpa Cyberbullying
tvOnenews.com - Festival makin cakap digital 2024 hadir di halaman MTs Al-Amiriyyah Pondok Pesantren Darussalam Blokagung, Karangmulyo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (7/10).
Festival yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) RI bersama PP Darussalam itu, memiliki agenda utama diskusi literasi digital dan dimeriahkan oleh selebgram sekaligus YouTuber pembawa lagu-lagu religi terkenal asal Jombang, Dewi Hajar.
Mengusung tema ”Bijak Bersosmed Tanpa Cyberbullying”, diskusi luring (offline) untuk segmen pendidikan itu diikuti siswa/santri dan pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Blokagung, di Banyuwangi.
Membuka diskusi, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Eko Pamuji mengatakan, cyberbullying merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain.
”Perundungan maya (cyberbullying) yang tumbuh subur di dunia maya itu umumnya terjadi pada remaja. Bullying juga biasanya dilakukan secara terus menerus, tujuannya untuk menyakiti, menghina, atau melecehkan korban,” jelas Eko Pamuji dalam diskusi yag dipandu moderator Livia Ramdhani Putri itu.
Pemicu tindakan perundungan, sambung Eko, ada beberapa hal. Di antaranya, pelaku korban kekerasan, faktor keluarga (sering bertengkar), ada ’kompor’ penyulut, media massa, penampilan fisik, beda kelas sosial, tradisi senioritas, dan karakter buruk pelaku.
”Ciri-ciri anak terkena perundungan, sering tidur larut malam atau bahkan tidak tidur sama sekali, nilai mata pelajaran perlahan menurun, tidak minat makan, pendiam, dan mudah tersinggung, menarik diri dari pergaulan serta muncul ketakutan terhadap lawan jenis,” rinci Eko Pamuji.
Cyberbullying, menurut Ketua Umum PB PMII Shofiyulloh Cokro, merupakan salah satu tantangan terbesar yang dihadapi pemuda di media sosial. Dampak negatif
yang ditimbulkan di antaranya menurunnya rasa percaya diri, kesehatan mental, isolasi sosial, trauma hingga ingin bunuh diri.
”Ketergantungan terhadap media digital yang meningkat, berpotensi menurunkan tingkat kesehatan mental (mental Health). Data ChildFund tahun 2022 menunjukan hampir 60 persen anak dan remaja mengaku pernah menjadi korban cyberbullying. Sedangkan hampir 50 persen anak dan remaja mengaku pernah jadi pelaku cyberbullying,” tandas Shofiyulloh Cokro.
Sementara, CEO PT Mahakarya Samudra Agung Muhajir Sulthonul Aziz menambahkan, banyaknya berita palsu yang berseliweran di media digial membuat masyarakat mudah terkena informasi hoaks. Hoaks merupakan informasi yang sesungguhnya tidak benar tetapi dibuat seolah-olah benar adanya.
”Tujuan dari berita bohong adalah membuat masyarakat merasa tidak aman, tidak nyaman, dan kebingungan. Dalam kebingungan masyarakat, akan mengambil keputusan yang lemah, tidak meyakinkan dan bahkan salah,” jelas Muhajir Sulthonul Aziz.
Diskusi dengan format talkshow dalam rangka festival makin cakap digital 2024 ini, juga menghadirkan tiga pembicara lain, yakni: Ketua Program Studi Ekonomi Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah Tulungagung Mei Santi, dosen Universitas Dr. Soetomo (Unitomo) Surabaya Meithiana Indrasari, dan Ketua Program Studi S1 Kewirausahaan Uiversitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo (Umaha) M. Adhi Prasnowo.
Untuk diketahui, diskusi di tengah festival seperti digelar di Banyuwangi ini merupakan bagian dari program Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) yang dihelat Kemkominfo. GNLD digelar sebagai salah satu upaya untuk mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan hingga kelompok masyarakat menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital.
Sampai dengan akhir 2023, program #literasidigitalkominfo mencatat sebanyak 24,6 juta orang telah mengikuti program peningkatan literasi digital yang dimulai sejak 2017. Kegiatan ini diharapkan mampu menaikkan tingkat literasi digital 50 juta masyarakat Indonesia hingga akhir 2024.
Kecakapan digital menjadi penting, karena – menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) – pengguna internet di Indonesia pada 2024 telah mencapai 221,5 juta jiwa dari total populasi 278,7 juta jiwa penduduk Indonesia.(chm)