Pengembangan alat uji cepat infeksi seperti Nucleopad membawa banyak manfaat bagi masyarakat..
Sumber :
  • Istimewa

Inovasi Kemandirian Kesehatan: Nucleopad, Solusi Cepat untuk Deteksi Penyakit Infeksi

Jumat, 18 Oktober 2024 - 18:50 WIB

Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam mencapai kemandirian di sektor kesehatan. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, pada tahun 2020 sekitar 90% bahan baku obat di Indonesia masih diimpor, dan negara ini juga bergantung pada alat kesehatan impor untuk sebagian besar kebutuhan medisnya. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya inovasi lokal seperti Nucleopad dalam mengurangi ketergantungan pada produk luar negeri dan meningkatkan kemampuan produksi dalam negeri.

Selain itu, laporan dari Lembaga Pengembangan Ekspor Indonesia (LPEI) mencatat bahwa nilai impor alat kesehatan Indonesia mencapai USD 1,1 miliar pada tahun 2021, angka yang terus meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan mengembangkan produk-produk lokal, Indonesia berpeluang besar untuk menurunkan angka ini dan meningkatkan daya saing industri kesehatan dalam negeri di pasar global.

"Kami percaya bahwa inovasi ini dapat mendorong kemandirian kesehatan di Indonesia dan mengurangi ketergantungan pada impor produk diagnostik," ungkap Yusuf Dengan adanya produk ini, biaya pengadaan alat diagnostik diharapkan dapat ditekan, sekaligus mempercepat diagnosis dan penanganan penyakit menular, katanya.

Pengembangan Teaching Factory di Universitas Padjadjaran menjadi contoh nyata bagaimana kolaborasi antara akademisi dan industri dapat menghasilkan inovasi yang berdampak besar bagi kesehatan masyarakat. Dengan riset berkelanjutan dan pengembangan produk diagnostik seperti Nucleopad, Indonesia semakin mendekati tujuan untuk mencapai kemandirian di bidang kesehatan. Kolaborasi ini juga membuka peluang besar untuk memperkuat daya saing Indonesia di pasar internasional.
 
Program Dana Padanan dan Kedaireka yang diluncurkan sejak 2020 melalui Merdeka Belajar episode keenam semakin menunjukkan dampak positif. Kini, kolaborasi riset antara perguruan tinggi dan industri meningkat tajam. Jumlah proposal penelitian yang diterima perguruan tinggi dari perusahaan naik dari 1.200 pada tahun 2021 menjadi 5.600 pada tahun 2023. Pendanaan penelitian pun meningkat hingga 420 persen. Hal ini menjadi salah satu faktor pendorong kenaikan peringkat Indonesia dalam Global Innovation Index (GII) dari posisi 87 pada tahun 2021 ke-61 pada tahun 2024.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dirjen Diktiristek) Kemendikbudristek Abdul Haris menekankan pentingnya peran Reka Cipta bagi perkembangan bangsa, terutama dalam menggerakkan roda perekonomian, meningkatkan daya saing, dan mendorong kemandirian. 

“Kolaborasi antara perguruan tinggi dan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) memiliki potensi yang besar untuk menciptakan reka cipta yang unggul dan solusi yang efektif. Dan Kedaireka menjadi wujud komitmen Ditjen Diktiristek untuk menjadi hub antara kepakaran insan perguruan tinggi dan sumber daya mitra strategis DUDI,” ungkap Dirjen Haris.

Inovasi yang mendorong kemandirian bangsa merupakan langkah penting dalam membangun ekosistem kesehatan yang lebih kuat dan independen. Selain itu, inovasi menjadi bukti bahwa sinergi antara riset akademis dan industri dapat membawa manfaat nyata bagi kehidupan masyarakat.(chm)

Berita Terkait :
1 2
3
Tampilkan Semua
Topik Terkait
Saksikan Juga
02:39
02:22
03:02
00:54
01:35
02:15
Viral