- Antara
Semangat Pertanian Inklusif bagi Siswa Berkebutuhan Khusus
“Urban farming kit EasyGrow menjadi solusi praktis bagi siswa kami yang menggunakan kursi roda, sehingga mereka dapat ikut aktif dalam kegiatan pertanian. Ini adalah langkah maju untuk meningkatkan keterampilan, kemandirian, dan bahkan potensi kewirausahaan mereka di masa depan,” katanya.
Melalui keterampilan agrikultur, SLB G YBMU Baleendah juga mengembangkan bidang kewirausahaan melalui produksi Teh Bunga Telang, memberikan peluang tambahan bagi siswa untuk mengasah keterampilan ekonomi. Solusi inovatif dari hasil kolaborasi antara industri dan akademia, serta pelatihan di bidang pertanian ini diharapkan dapat menjawab tantangan yang dihadapi siswa berkebutuhan khusus.
Pihak IPB yang terlibat dalam pengembangan EasyGrow juga mengungkapkan apresiasinya terhadap kerja sama ini.
“Melalui program Capstone, mahasiswa kami belajar memahami kebutuhan nyata di masyarakat, termasuk tantangan yang dihadapi teman-teman disabilitas. Dengan konsep raised bed gardening, atau ruang tumbuh yang ditinggikan dengan penutup pada sisi-sisinya yang ramah bagi pengguna kursi roda, EasyGrow adalah wujud nyata dari kolaborasi tersebut, menghubungkan inovasi teknologi dengan kebermanfaatan sosial,” kata Dr. Ir. Burhanuddin, M.M., Kepala Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.
Dalam pelatihan budidaya kali ini, para siswa dikenalkan dengan benih-benih sayuran daun seperti Pakcoy NAURA F1, Bayam Hijau MAESTRO, Caisim TOSAKAN, dan Kangkung BANGKOK LP-1 karena relatif mudah dan sederhana untuk dapat dibudidayakan. Sementara itu, para guru dari berbagai SLB yang hadir juga mendapatkan pelatihan cara membuat pupuk organik.
Selain untuk mendukung Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dalam Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM), khususnya di bidang pertanian, kegiatan ini sebagai langkah awal untuk mendukung komunitas disabilitas agar lebih mandiri, bertanggung jawab, dan berkelanjutan, sejalan dengan empat tujuan Sustainable Development Goals (SDG) tanpa kelaparan, kesehatan yang baik dan kesejahteraan, pendidikan berkualitas, dan mengurangi kesenjangan. Dalam jangka panjang, upaya pertanian inklusif seperti ini diharapkan mampu menciptakan komunitas disabilitas yang tidak hanya memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri tetapi juga berkontribusi dalam mewujudkan ketahanan pangan di masyarakat. (ebs)