- Istimewa
Aruna Bicara Potensi Maritim dan Peran Perempuan di Agenda Internasional
Jakarta, tvOnenews.com - Aruna, pelaku aktif dalam industri dinilai banyak berjasa untuk mengedepankan industri perikanan dan kelautan Indonesia.
Oleh karena itu, mereka diundang untuk menghadiri dan berbicara mengenai ekonomi biru, budidaya rumput laut, juga pemberdayaan perempuan di berbagai agenda internasional.
Aruna mewakili Indonesia dalam genda internasional The Role of Women in Fishing Communities and New Challenges” oleh International Conference of Fishing Communities di Jeju, Korea Selatan.
Agenda Internasional lainnya “Connecting Land Agriculture with Blue Economy and Role of Digitalisation” digelar oleh Agri-Food Tech Expo Asia 2024.
Kemudian, “Who Holds the Key to Growth in the Emerging Seaweed Markets” oleh Asia-Pacific Agri-Food Innovation Summit 2024 di Singapura.
Co-Founder dan Chief Sustainability Officer Aruna, Utari Octavianty, menyoroti tentang keberlanjutan dalam industri agrikultur dan tantangan yang ada di dalamnya, yakni biaya logistik yang tinggi dan infrastruktur yang terbatas.
“Sebelum berfokus pada pengimplementasian ekonomi biru, hal pertama yang ditemukan adalah tantangan terkait biaya logistik yang relatif tinggi. Untuk itu menyiasati hal tersebut, Aruna berfokus pada pemeliharaan rantai dingin selama proses distribusi dengan memproduksi es gel secara mandiri guna mempertahankan kualitas," ujar Utari dalam keterangannya, Sabtu (14/12/2024).
Selain itu, Aruna memanfaatkan koneksinya untuk mendapatkan solusi cold storage, baik melalui entitas pemerintah maupun swasta.
Dalam penerapan ekonomi biru, Aruna juga menilai industri perikanan dan kelautan memang harus memulai langkahnya dari hal yang mendasar, seperti pemberian pelatihan yang konsisten bagi para nelayan dan masyarakat pesisir.
“Hal ini menantang dan tentu membutuhkan pendampingan dalam jangka waktu yang amat panjang. Harus konsisten dan dimulai dari skala kecil atau skala rumahan terlebih dahulu, sebelum pindah ke skala yang lebih besar, yang mungkin memerlukan peralatan tambahan atau dukungan teknologi yang lebih masif," terang Utari.
Misalnya, pada kasus petani rumput laut.
Setelah mereka siap untuk memperluas produksinya, Aruna dapat menghubungkan petani dengan perusahaan atau program pemerintah yang menawarkan dukungan untuk pertumbuhan dan penskalaan.
“Harapannya, hal ini dapat membantu mengoptimalkan hasil produksi rumput laut dalam negeri, yang sudah hampir mencapai 10.000.000 ton pada tahun 2022 lalu. Indonesia adalah produsen rumput laut terbesar nomor dua di dunia. Banyak sekali hal yang bisa dieksplor, mengingat rumput laut berkontribusi banyak pada produksi plastik yang dapat terurai secara alami dan berkelanjutan, misalnya, selaras dengan wacana tentang bahan ramah lingkungan," jelasnya.
Sebagai perempuan yang telah berkecimpung di industri perikanan dan kelautan sejak 2016 lalu, Utari sangat menyadari peran perempuan dalam merealisasikan keberlanjutan ekosistem untuk realisasi ekonomi biru.
Tercatat di Indonesia, ada sekitar 42% atau lebih perempuan yang terlibat dalam industri perikanan.
“Tak melulu tentang membantu mempersiapkan alat tangkap, atau mengelola keuangan dalam rumah tangga. Perempuan yang terlibat dalam industri perikanan itu tak terbatas pada mereka yang tinggal di wilayah pesisir saja. Ada yang mengambil peran operasional di kota, bekerja di bidang manufaktur, atau bahkan memegang posisi tingkat tinggi di pemerintahan, di mana mereka dapat berkontribusi pada perumusan kebijakan yang terkait dengan sektor perikanan,” imbuh dia.
Aruna berkomitmen untuk menjadikan advokasi dalam segala kegiatan keberlanjutan sebagai salah satu fokusnya.
Hal tersebut direalisasikan melalui kehadirannya di berbagai agenda yang dapat mendorong perubahan di sektor perikanan dan kelautan.
“Secara spesifik, kami juga mengemukakan berbagai hal yang bisa mendukung implementasi ekonomi biru, eksplorasi potensi baru di bidang kelautan, juga pemberdayaan perempuan yang menyokong berjalannya industri perikanan,” pungkasnya.(lkf)