- Istimewa
Wapres Terima Risalah Umat Islam untuk Indonesia Lestari
Institusi tersebut juga dianggap dapat menyediakan ruang-ruang strategis untuk mengembangkan kajian, inisiatif, implementasi, dan inovasi bagi umat Islam agar terlibat aktif dalam aksi perubahan iklim.
Turut hadir adalah dalam acara kemarin adalah Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Nasaruddin Umar, Wakil Ketua MUI Marsudi Syuhud, Wakil Sekjen PBNU KH Sulaiman Tanjung dan Bendahara Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah M Sofyan, serta Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati.
Para tokoh yang hadir tersebut, termasuk Wapres RI KH Ma’ruf Amin, diharapkan dapat menjadi ujung tombak dalam pengendalian perubahan iklim di Indonesia.
"Kami mencoba mengajak umat Islam di Indonesia untuk berbuat lebih banyak lagi dan lebih konkret lagi. Memantapkan langkah bersama untuk kembali menjalankan tugas mulia dari Allah menjadi khalifah pemelihara bumi," ujar Gatot Supangkat, perwakilan kolaborator yang menyerahkan risalah kepada Wakil Presiden.
Gatot juga menambahkan, Risalah Kongres Umat Islam untuk Indonesia Lestari ini juga dibacakan bertepatan dengan momen Tahun Baru 1444 hijriah.
“Menegaskan bahwa Umat Islam sudah saat berhijrah dari model pembangunan yang merusak alam, menjadi pembangunan yang ramah iklim, ramah lingkungan, dan berkelanjutan dengan mengedepankan kepemimpinan kaum muda,” tegasnya.
Pihak kolaborator menyepakati bahwa acara ini hanyalah langkah awal untuk diskusi yang lebih dalam dan menyeluruh antar pemangku kepentingan. Kedepannya, para inisiator akan memfasilitasi diskusi dan inisiatif lanjutan agar ikhtiar ini dapat berkelanjutan dengan inisiatif dan solusi konkret dan berasal dari, untuk, dan dilakukan oleh umat Islam.
“Sudah saatnya umat Islam memimpin aksi iklim, tak hanya di Indonesia tetapi juga secara global. Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, Indonesia perlu tampil dengan kapasitas sebagai pemimpin gerakan Islam dunia dalam mencari solusi perubahan iklim. Apalagi berbagai organisasi seperti NU, Muhammadiyah, dan MUI pun sudah memiliki kapasitas yang kuat dalam isu perubahan iklim,“ ujar Muhammad Ali Yusuf, salah satu kolaborator yang juga memimpin sidang bersama Mahesti. (put)