- (Tvonenews.com/Rizki Amana)
Menkes Sebut Ratusan Antidot Gagal Ginjal Akut Misterius pada Anak Telah Masuk ke Indonesia
Jakarta - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin ungkap pasokan antidot sebagai penawar racun gagal ginjal akut yang diduga bersumber dari obat sirop dengan kandungan etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) telah masuk ke Indonesia.
Ada pun negara yang menyuplai antidot antara lain Singapura, Australia, dan Jepang.
"Kemarin dari Singapura dapat 30, terus dari Australia 16, dan tadi malam datang jam satu dari Jepang 200 tuh," kata Budi saat ditemui di Ciputra Atreprenur, Jakarta Selatan, Sabtu (29/10/2022).
Lebih lanjut, Budi menuturkan bahwa angka kasus gagal ginjal akut misterius yang menimpa anak-anak mulai berkurang sejak surat edaran yang menginstruksikan penyediaan obat sirop dihentikan sementara waktu.
"Kira sekarang yang masih dirawat sudah di bawah 100 ya, dan sejak kita berhenti kan sirop-sirop tadi itu penambahannya jadi sedikit sekali. Yang sehari itu bisa 10, 15 kasus, kini penambahannya 1 atau 0. Jadi sudah sangat turun," pungkasnya.
Sementara diberitakan sebelumnya, Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono angkat bicara soal penyaluran mobile antidot atau yang dapat melawan reaksi peracunan langsung didistribusikan ke rumah sakit yang menangani.
Penyaluran ini pun telah melakukan koordinasi dengan Kementerian Kesehatan.
"Jadi terkait dengan mobile antidot ya, itu sudah dikoordinir oleh Kemenkes dan distribusinya nanti langsung ke RS sesuai dengan kebutuhan," tuturnya di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (26/10/2022).
Lebih lanjut, Heru mengatakan pendistribusian antidot ke rumah sakit terkait berdasarkan arahan dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
"Tentunya perawatan itu nanti yang mana yang lebih banyak, di sini ada RSCM, dan tentunya obat dikirim ke sana dan RS sesuai arahan dari Dinkes," ujarnya.
Namun saat ditanya berapa banyak antidot yang dialokasikan untuk DKI Jakarta, Heru tidak mengungkapkan jumlahnya.
"Pendistribusian sesuai dengan jumlah pasien, ya, dikirim sesuai kebutuhan dari Ibu Kadis. Sesuai dengan kebutuhan," pungkasnya.
Kasus Kematian Gagal Ginjal Akut pada Anak Alami Penurunan
Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin klaim kasus gagal ginjal akut menurun pasca kebijakan penarikan sejumlah obat sirop yang mengandung bahan pelarut yang dikaitkan dengan pemicu gagal ginjal akut pada anak seperti dietilen glikol (DG) dan etilen glikol (EG).
Budi mengatakan pihaknya mendapatkan data tersebut usai memverifikasi sejumlah rumah sakit terkait pasien gagal ginjal akut yang menjalani perawatan.
Bahkan, Budi Gunadi menyebut penambahan kasus pasien gagal ginjal akut terus mengalami penurunan belakangan waktu ini.
"Sejak kita berhentikan sirop-sirop tadi itu penamabahannya jadi sedikit sekali yang tadi sehari itu hanya bisa 10 sampai 15 belas. Sekarang penambahannya 1 atau 0, jadi sudah sangat turun," ungkap Budi Gunadi saat ditemui dibilangin Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (29/10/2022).
Selain mengklaim penurunan pasien gagal ginjal akut, Budi Gunadi turut serta menyampaikan tren penurunan kasus kematian akibat penyakit tersebut.
Menurutnya saat kebijakan belum diberlakukan, tercatat kematian akibat gagal ginjal akut bisa mencapai 60 persen dari 5 pasien yang dirawat di rumah sakit.
"Dan masuk rumah sakit yang dulu 5 hari meninggalnya bisa 60 persen," ungkapnya.
Ia pun mengaku belakangan waktu tak tercatat pasien gagal ginjal akut meninggal dunia saat menjalani perawatan.
"Di RSCM 100 persen (dirawat-red) enggak ada yang meninggal," pungkasnya.
Dinkes DKI Jakarta Umumkan Kenaikan Angka Kasus Gagal Ginjal Akut Misterius
Terjadi peningkatan jumlah anak-anak yang mengidap gagal ginjal akut karena dugaan obat sirop dengan kandungan Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG).
Per hari ini, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengatakan terjadi peningkatan sebanyak 24 angka anak yang mengidap gagal ginjal akut sejak kemarin, Rabu (26/10/2022).
"Kasus kita per tanggal 27 Oktober total 135 tapi ini total dari Januari ya, karena kami aktif tadi ya Januari sampe dengan tanggal 27 kemaren," ujarnya di Plaza Selatan Monumen Nasional (Monas), Jumat (28/10/2022).
Widyastuti mengaku akan lakukan update kembali pada sore hari ini sesuai dengan hasil hospitality record review.
Dia pun menuturkan, dari 135 yang mengidap gagal ginjal, 63 diantaranya meninggal, 46 anak sembuh, dan 26 dalam perawatan.
"Dari 135 tadi yang meninggal sebanyak 63, sembuh 46, dan perawatan 26. Nah data DKI tadi tidak semuanya berdomisili di DKI Jakarta, tetapi adalah semua bayi, balita, yang kebetulan memang dirawat di rumah sakit di Jakarta," pungkasnya.
Lebih lanjut, Widyastuti menegaskan bahwa angka 135 tersebut adalah kumulatif sejak Januari 2022 hingga Oktober 2022.
Diberitakan sebelumnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mengumumkan angka kasus Acute Kidney Injury Unknown Origin (AKIUO) atau gagal ginjal akut misterius meningkat signifikan.
Per hari ini angka penyakit gagal ginjal akut yang menyerah anak-anak hingga remaja berada di angka 111 kasus.
Hal ini dikonfirmasi langsung oleh Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta Ngabila Salama.
“Pagi ini jam 10.00 WIB, kasus ditemukan di fasilitas kesehatan Jakarta terdapat 111 anak. Dari jumlah ini, hanya 72 pasien atau 65 persen yang tinggal di Jakarta,” kata Ngabila saat dihubungi media, Rabu (26/10/2022).
Sementara 39 pasien atau 35 persen lainnya bukan warga Jakarta, melainkan hanya menjalani pengobatan di Ibu Kota. Diketahui mereka berasal dari Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Riau.
“Dari Banten ada 15 pasien atau 13 persen, dari Jawa Barat ada 22 pasien atau 20 persen, kemudian Jawa Timur dan Riau masing-masing 1 pasien atau 1 persen,” tuturnya.
Lebih lanjut, dia menjelaskan temuan dari 111 pasien gagal ginjal akut tersebut, 56 pasien atau 50 persen diantaranya meninggal dunia.
23 pasien atau 21 persen sedang dalam perawatan, dan 32 pasien atau 29 persen masih hidup.
“Rentang usia pasien gagal ginjal akut misterius yang ditemukan di DKI Jakarta beragram. Mulai dari 0 hingga 18 tahun,” tutupnya.
Sebagai informasi, berikut sebaran usia pasien yang terjangkit gagal ginjal.
Usia 0: 23 pasien atau 21 persen;
Usia 1: 26 pasien atau 23 persen;
Usia 2: 12 pasien atau 11 persen;
Usia 3: 9 pasien atau 8 persen;
Usia 4: 8 pasien atau 7 persen;
Dan usia 5 sampai 18: 33 pasien atau 30 persen. (agr/put/raa/muu)