- ANTARA
MER-C: Negeri-negeri Arab Buka Hubungan Diplomatik dengan Israel, Kondisi Palestina Makin Terjepit
Permasalahan Palestina masih terus menjadi fokus perhatian MER-C (Medical Emergency Rescue Committee). Selain sudah berhasil membangun Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza, program kemanusiaan lainnya juga terus berjaan.
MER-C konsisten bergerak melakukan safari kemanusiaan ke berbagai elemen bangsa untuk menggalang dukungan dalam rangka mendorong kemerdekaan Palestina.
Ketua Presidium MER-C, dr. Sarbini Abdul Murad menyambangi Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada Selasa (15/11/2022) kemarin.
Kunjungan itu diterima oleh Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A, di Gedung Rektorat.
“MER-C concern membela Palestina. Kami membangun RS Indonesia di Gaza. Setelah itu, kita tidak mungkin diam melihat problematika Palestina yang masih berlangsung, makanya kita coba melakukan safari kemanusiaan untuk Palestina dengan bertemu tokoh agama Katholik, Hindu, dan sebagainya,” ujar dr Sarbini.
“Kami ingin menyuarakan bahwa kita mendukung Palestina dan kemerdekaan Palestina. Kondisi Palestina hari ini terjepit. Negara-negara Arab sudah banyak yang membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Persoalan Palestina seperti terlantar. Kita ingin sampaikan pada rakyat Palestina bahwa kalian tidak sendiri, ada rakyat Indonesia bersama kalian,” lanjutnya.
Syarif Hidayatullah kemudian menyampaikan apresiasi positifnya atas kiprah MER-C selama ini.
Dia juga mengamini bahwa semangat dalam membela Palestina tidak boleh dilupakan apalagi padam.
“MER-C telah melakukan banyak hal dari segi kemanusiaan dan dakwah, khususnya dalam hal masalah Palestina. MER-C telah berkomitmen membantu di masa sulit, konflik, perang untuk kesehatannya,” ungkap Amany Lubis.
“Langkah MER-C dan banyak teman yang membela Palestina sudah betul bahwa semangat ini tidak boleh dilupakan atau padam, meski banyak kesulitan yang dihadapi, seperti mau masuk Gaza yang sulit, mau kirim bantuan juga sulit. Namun kita tidak boleh pesimis, dan tetap optimis. Perjuangan kita belum selesai dan harus dilanjutkan terus,” tambahnya.
Lebih lanjut rektor wanita kelahiran Kairo 59 tahun silam ini juga berharap agar semangat tersebut tetap harus digalang dan disosialisasikan ke berbagai kalangan.
“Kepada generasi muda, mahasiswa, pengusaha, akademisi, peneliti, dan sebagainya perlu terus untuk dibangkitkan semangatnya untuk membahas Palestina supaya ter-update berita-berita yang ada. Apabila ada kontribusi pemikiran, bagaimana bisa memberikan solusi bagi permasalahan yang ada itu lebih baik,” serunya.
Ia berharap usaha-usaha yang dilakukan oleh MER-C dan juga mitra-mitranya semua melalui safari lemanusiaan dapat terus berjalan sehingga RS Indonesia di Gaza bisa berfungsi maksimal bahkan bisa diberdayakan lebih, bahkan hingga kemerdekaan Palestina bisa tercapai.
Rektor perempuan pertama di Universitas Islam Negeri ini juga menambahkan bahwa kebijakan dan komitmen Indonesia terhadap Palestina sudah amat kuat.
“Pertama, politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dan tidak menginginkan penindasan di muka bumi karena tidak sesuai dengan konstitusi, maka ini sudah kuat. Ditambah dengan berbagai solidaritas umat Islam, maka sudah bulat bagi Pemerintah Indonesia untuk membela Palestina sampai merdeka,” katanya.
Ia juga memuji sikap Menlu RI yang berani meresmikan Konsulat Kehormatan RI untuk Palestina. “Meski dilarang oleh Israel, tetap dibuka di Amman. Itu satu keberanian dari Ibu Menlu Retno Marsudi,” lanjut Amany.
“Terakhir saya juga dengar ketika beliau menyampaikan sambutan atas nama Indonesia di PBB masih menyebutkan soal Palestina. Komitmen Indonesia untuk membela Palestina dan Afghanistan itu disebutkan dua-duanya, berarti itu tidak dilupakan oleh kita,” pungkasnya. (amr)