- ndu.edu / Archive AP
Kisah Kematian Saddam Hussein yang Minta Alquran di Tiang Gantungan dan Ucapan Terakhir saat Eksekusi Mati
tvOnenews.com - Saddam Hussein yang merupakan mantan Presiden Irak yang memimpin selama lebih dari dua dekade yang di masa akhir kehidupannya mati dengan cukup tragis.
Ia dijatuhi hukuman mati dengan cara digantung,. Kasus Saddam Hussein karena dinyatakan bersalah atas kejahatan terhadap kemanusiaan dan tuduhan dari Amerika Serikat terkait terkait produksi senjata pemusnah massal.
Siapa Saddam Hussein? Hussein merupakan mantan presiden Irak yang berkuasa pada periode tahun 1979 hingga 2003. lahir pada 28 April 1937, di Tikrit, Irak. Ayahnya yang seorang penggembala menghilang beberapa bulan sebelum Saddam lahir. Beberapa bulan kemudian, kakak laki-laki Saddam meninggal karena kanker.
Mengutip laman Biography, Kamis (2/3/2023), ketika Saddam lahir, ibunya, yang sangat tertekan oleh kematian putra sulungnya dan hilangnya suaminya, tidak dapat merawat Saddam secara efektif, dan pada usia tiga tahun, dia dikirim ke Baghdad untuk tinggal bersama pamannya, Khairallah Talfah.
Bertahun-tahun kemudian, Saddam akan kembali ke Al-Awja untuk tinggal bersama ibunya, tetapi setelah menderita pelecehan di tangan ayah tirinya, dia melarikan diri ke Baghdad untuk tinggal lagi bersama Talfah.
Yang merupakan seorang Muslim Sunni yang taat dan nasionalis Arab yang bersemangat yang politiknya akan memiliki pengaruh besar pada Saddam muda.
Singkat cerita, Di perjalanan hidup dan karier politiknya. Saddam memaksa Presiden yang sakit untuk pensiun satu dekade kemudian, dan mengangkat dirinya sendiri sebagai pemimpin republik. Untuk memastikan kendalinya, Saddam memerintahkan eksekusi puluhan tentara berpangkat tinggi.
Namun, saat Saddam naik tahta menjadi penguasa Irak di masa pemerintahannya itu cukup banyak rakyatnya yang harus mengalami kemiskinan, sementara dirinya hidup dalam kemewahan.
Sementara itu, pada tahun 1980-an, pemimpin Partai Ba'ath itu melibatkan negaranya untuk berperang dengan Iran. Akibat perang itu diperkirakan lebih dari satu juta jiwa di pada kedua pihak menjadi korban.
Kisah tragis Saddam Hussein yang Dihukum gantung mati
Saddam Hussein, Diktator dan mantan presiden Irak yang berkuasa pada periode tahun 1979 hingga 2003.
Saddam Hussein menjadi pemimpin Irak dan juga diperkirakan bertanggung jawab atas kematian sekitar 500 ribu hingga 1 juta orang.
Dari jumlah itu, suku Kurdi bertanggung jawab atas sekitar 70 hingga 300 ribu orang yang meninggal.
Masa pemerintahan Hussein kemudian runtuh setelah invasi koalisi pimpinan AS dan Inggris di Irak pada 2003.
Kemudian pada tahun 2006, ia dinyatakan bersalah atas 148 ribu kematian penganut Syiah pada awal 1980 dan dijatuhi hukuman mati.
Saddam diduga telah menggunakan senjata terlarang selama berlangsungnya perang. Sepanjang tahun 1990-an, Irak terus mendapat sanksi ekonomi dari PBB dan tuduhan terkait produksi senjata pemusnah massal.
Senjata pemusnah massal yang bikin heboh dunia internasional, hingga kecaman datang dari berbagai pihak atas tuduhan tersebut.
Berbagai tuduhan menyerang, hingga Amerika Serikat yang melakukan invasi pada bulan Maret tahun 2003. Setelah berbulan-bulan hidup dalam pelarian, Pemimpin Irak Saddam Hussein berhasil ditangkap pada 13 Desember 2003.
Kemudian, pada 5 November 2006 Hakim Ketua Rauf Rasheed menjatuhkan vonis hukuman mati untuk Saddam atas segala perbuatannya yakni dinyatakan bersalah kejahatan terhadap kemanusiaan selama menjadi pemimpin Irak.
Pria yang lahir pada 28 April 1937 itu dihukum gantung di Bekas Militer Intelijen Militer Baghdad pada 30 Desember 2006.
Pemimpin yang menggulingkan pemerintahan Al Bakr ini dijatuhi hukuman mati dengan digantung bersama Saudara tiri Saddam, Barzan Ibrahim, dan Awad Hamed al-Bandar, kepala Pengadilan Revolusi Irak pada tahun 1982, juga dihukum atas tuduhan serupa.
Dalam tayangan video yang tersebar, sebelum digantung mati. Saddam Hussein sempat mengucapkan kalimat syahadat, shalawat nabi dan bertakbir.
Bahkan, kalimat takbir, tahmid dan shalawat turut juga dilantunkan oleh orang-orang yang menyaksikan hukuman mati tersebut.
Penasihat Perdana Menteri irak, Sami al-Askari yang saat itu turut menyaksikan eksekusi menyatakan bahwa Saddam tetap bersikap tenang di saat-saat terakhirnya menghadapi kematian.
Kemudian, Saddam meminta satu permintaan sebelum eksekusi matinya tersebut, dia menginginkan Alquran yang dibawanya ke tiang gantungan untuk diberikan kepada seorang teman.
Saddam Hussein kemudian dieksekusi mati dengan cara digantung pada 30 Desember 2006.
Di kalimat akhir menjelang kematiannya, ia melontarkan kalimat. "Tuhan Maha Besar,' Bangsa ini akan menang dan Palestina adalah arab," yang dikutip dari Associated Press.
Saddam Hussein dimakamkan di Al-Awja di tempat kelahirannya, pada tanggal 31 Desember 2006.
Bagaimana Saddam Hussein kehilangan kekuasaan?
Mengutip dari laman History, pada November 2002, PBB mengesahkan Resolusi 1441 yang menuduh Irak melanggar resolusi Dewan Keamanan mengenai perlucutan senjata non-konvensional dan memperingatkan bahwa Irak "akan menghadapi konsekuensi serius sebagai akibat dari pelanggaran kewajibannya yang berkelanjutan."
Saat Saddam terus menentang peringatan tersebut, Amerika Serikat - bersama dengan sejumlah sekutu utama - melancarkan serangan yang dengan cepat menggulingkan rezim Ba'ath Irak.
Saddam sendiri berhasil melarikan diri dan tetap bersembunyi selama beberapa waktu, namun akhirnya ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara sambil menunggu pengadilan kejahatan perang oleh pemerintah terpilih secara demokratis pertama dalam sejarah Irak.
Pada tanggal 5 November 2006, Saddam Hussein dinyatakan bersalah melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dan dijatuhi hukuman mati dengan digantung. Saudara tiri Saddam, Barzan Ibrahim, dan Awad Hamed al-Bandar, kepala Pengadilan Revolusi Irak pada tahun 1982, juga dihukum atas tuduhan serupa.
Putusan dan hukuman keduanya diajukan banding tetapi kemudian ditegaskan oleh Mahkamah Agung Irak. Pada 30 Desember 2006, Saddam digantung. (ind)