- unsplash
Ratusan Jomblo di Jepang Dikumpulkan, Mau Dijodohkan, Buntut Resesi Seks di Jepang, Ada yang Mau Join?
tvOnenews.com - Siap-siap, 400-an jomblo di Jepang akan berkumpul di kota Nagakute, Prefektur Aichi.
Para jomblo Jepang ini berkumpul bukan tanpa alasan, namun untuk menghadiri sebuah acara perjodoan yang digelar di Nagakute.
Acara perjodohan ini digadang-gadang akan menjadi solusi bagi para jomblo yang ingin menikah.
Tentu sebuah acara yang sangat menarik untuk mendapatkan jodoh.
Seperti dilansir tvOnenews.com dari laman berita Jepang, The Mainichi, acara perjodohan jomblo di Jepang ini akan diadakan pada Oktober 2023 mendatang.
Lokasinya ada di Taman Peringatan Aichi Expo 2005 Nagakute.
Acara ini dapat dihadiri bagi mereka yang jomblo dengan usia 20 hingga 30 yang sedang bekerja atau belajar di Aichi.
Panitia acara akan memberikan video edukasi tentang percakapan dengan lawan jenis dan kemudian peserta akan dipecah menjadi kelompok kecil untuk menemukan pasangan.
Pemerintah Aichi menggelontorkan anggaran 9,77 juta yen atau sekitar lebih dari 1 miliar rupiah untuk mengadakan ajang jodoh bagi jomblo.
Tindakan ini merupakan respon pemerintah terhadap penurunan angka kelahiran yang terjadi di Jepang.
Akhir-akhir ini isu resesi seks yang dialami Jepang sedang menjadi perbincangan hangat.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Jepang, pada 2022 tercatat 799.728 kelahiran yang termasuk terendah.
Sementara angka kematian tahun lalu di Jepang mencapai 1,58 juta.
Sehingga populasi Jepang kini mengalami penurunan dengan tingkat kesuburan yang juga rendah.
Perdana Menteri Fumio Kishida sampai mengingatkan bahwa Jepang berada di ambang tidak dapat melaksanakan fungsi sosial.
Pemerintah Jepang sudah memulai berbagai program untuk meningkatkan laju populasi.
Bahkan pemerintah Jepang sampai membentuk lembaga baru pada April tahun ini untuk mengatasi permasalahan resesi seks.
Ada beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab penurunan populasi masyarakat Jepang.
Misalnya dari masalah mahalnya biaya membesarkan anak, keinginan menunda pernikahan, hingga masalah pesimisme yang melanda anak muda pasca pandemi.
(far)