- Tim tvOne/Rizki Amana
Cerita WNI yang Dievakuasi dari Sudan: Mindik-mindik Tiarap Hindari Desingan Peluru
Jakarta, tvOnenews.com - Perang saudara yang terjadi di Sudan memaksa sejumlah Warga Negara Indonesia (WNI) harus kembali ke tanah air.
Beruntung ratusan WNI dapat terevkauasi dari wilayah konflik bersenjata yang terjadi di sebagian kota besar di Sudan.
Lantas kisah menyeramkan untuk dapat terselamatkan dari perang saudara yang terjadi dikisahkan oleh seorang WNI bernama Kurnia Nur Khadijah.
Kurnia merupakan seorang mahasiswi yang tengah menempuh pendidikan Strata 1 Studi Islam di University of Africa, Sudan.
"3 tahun (Tinggal di Sudan). (Jurusan) Studi Islam, S1 Semester 7 sudah mau skripsi," kata Kurnia kepada awak media di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Jumat (24/8/2023).
Saat tiba di tanah air senyum lebar dari wajahnya terlontar seakan dirinya dapat bernapas lega tanpa suasana perang yang mencekam.
Wanita muda tersebut mengisahkan saat proses evakuasi dilakukan bersama sejumlah WNI yang ada di Sudan.
Tempat singgah ya yang tak jauh daerah konflik bersenjata itu membuatnya harus setiap hari melihat rentetan peluru senjata api yang ditembakkan pada perang saudara tersebut.
Bahkan tak jarang, ledakan bom menyasar ke kediaman yang berisikan warga sipil dan sejumlah WNI yang tengah mencoba melarikan diri dari situasi perang saudara tersebut.
"Saya kampus yang mayoritas warga Indonesia di sana. Internasiona Univesity of Africa itu, ternyata memang dekat dengan markas mereka. Jadi dentuman senjata tiap hari depan kanan belakang, kedengar semua," kata Kurnia.
"Kalau misalnya rumah sudah terdengar dentuman bom, kita dievakuasi ke tempat WNI yang memang rumahnya jauh dari dentumannya," sambungnya.
Dalam proses evakuasi tersebut dirinya bersama sejumlah WNI lain harus kerap berpindah tempat agar tak menjadi korban jiwa pada konflik bersenjata tersebut.
Bahkan saat berpindah lokasi evakuasi, ia bersama para WNI lainnya terpaksa berjalan tiarap laiknya militer yang tengah terjun di medan perang.
"Mindik-mindik tiarap. Jalan diam-diam. Jadi memang beberapa jam kaya habis subuh, sudah agak hening. Kita liat sikon saja, bisa evakuasi, kita bisa pindah rumah ya kita pindah," katanya.
Kendati mencoba menyelamatkan diri secara diam-diam, dirinya sempat tertangkap basah oleh militer yang tengah bersiaga.
Sontak dirinya bersama WNI lain tak dapat berbuat saat senjata api milik militer setempat tepat berada di kepalanya.
Beruntung, proses itu dilaluinya usai pihak militer serempat tak mendapati adanya bukti dari para WNI yang merupakan kelompok dari lawannya.
"Sempat ketemu militernya, itu di todong segala macam. Tapi cuma nanya paspor ‘bener enggak kamu WNA?’ Terus ngeliat HP, Hp-nya di cek? ‘Bener engga foto kita-kita apa engga?’ Kaya gitu-gitu sih," ungkapnya.
Meski telah melalui situasi menegangkan dari perang saudara yang terjadi, dirinya tetap memiliki niat untuk kembali ke Negara Sudan.
Hal itu dikarenakan niatnya untuk menuntaskan jenjang pendidikan yang tengah ditempuhnya di Universitas of Afrika, Sudan.
"Kalau saya pribadi sayang, karena tinggal satu semester. Kalau sudah kondusif dan memungkin balik. Kita balik," ungkapnya. (raa/ebs)