- Antara
Ketika Arab Saudi Mulai Lirik Pesawat Tempur China
Alasan Saudi membeli persenjataan dari China, antara lain sebagai program diversifikasi alutsista untuk mengurangi ketergantungan pada AS dan Barat, selain teknologinya dianggap cukup canggih walau muncul kecurigaan AS, sebagian copy paste atau jiplakan.
Ketegangan relasi antara Saudi dan AS terkait kematian jurnalis Jamal Khashoggi yang ditengarai melibatkan kalangan Kerajaan Saudi pada 2018 dan protes AS terkait manuver Saudi terkait pagu produksi minyak OPEC juga mendorong Saudi berpaling ke China.
Selain itu, harga senjata China juga relatif lebih murah dari Barat, misalnya drone CH-4 dan Wing Loong dibandrol masing-masing satu dan dua juta dolar AS, jauh lebih murah dari Reaper atau Predator buatan AS (16 juta dan empat juta dolar AS).
Last but not least, tidak seperti AS dan Barat yang mempersyaratkan penjualan senjata atas persetujuan Kongres atau parlemen terutama terkait isu pelanggaran hak asasi manusia (HAM), China tidak ikut cawe-cawe atau campur tangan urusan domestik negara calon pembeli senjata.
Nilai laba industri dan pialang persenjataan yang dijuluki merchant of death atau “pedagang maut” sangat menggiurkan, sehingga negara-negara berkemampuan hitech termasuk China berlomba-lomba meraup devisa sebanyak-banyaknya.(ant/bwo)