- APTN
Kerusuhan Mereda di Prancis, Suara Melawan Imigrasi dan Masalah Sosial Semakin Nyaring Digaungkan Sayap Kanan
tvOnenews.com - Kerusuhan di Prancis yang dipicu oleh pembunuhan seorang remaja keturunan Afrika Utara oleh polisi memang sudah mereda. Namun, tragedi ini mengungkap pergolakan atas ketidakpuasan warga di lingkungan miskin di Prancis, sekaligus juga memberi platform baru bagi kelompok sayap kanan negeri itu.
Kini suara melawan imigrasi dan masalah sosial di Prancis semakin nyaring digaungkan sayap kanan Prancis, diikuti dengan aksi pembakaran mobil dan kekerasan lain menyusul tewasnya Nahel Merzouk.
"Kami tahu penyebab kerusuhan Prancis," kata Bruno Retailleau, pemimpin kelompok konservatif yang mendominasi Senat Prancis.
“Sayangnya untuk generasi kedua, generasi ketiga ada semacam regresi terhadap asal-usul mereka, asal-usul etnis mereka.”
Pernyataan Retailleau memicu tuduhan rasisme, sekaligus mencerminkan pandangan partai utamanya saat ini, Partai Republik, yang prioritasnya menghentikan imigrasi massal.
Ekstrimis sayap kanan, Marine Le Pen mengklaim kerusuhan tersebut adalah ulah dari "sebagian besar pemuda yang merupakan orang asing atau berasal dari luar negeri," dan mengatakan bahwa ada "suatu bentuk pemisahan diri para pemuda ini dari masyarakat Prancis."
Tokoh sayap kanan telah lama menyalahkan imigrasi dari mayoritas Muslim Afrika Utara, dan kegagalan sebagian imigran untuk berasimilasi dengan budaya Prancis, sebagai penyebab masalah sosial Prancis.
Terbaru, situasi di Prancis kembali memanas. Pemicunya, masalah penggalangan dana untuk petugas yang menewaskan pemuda 17 tahun itu. Hanya dalam empat hari, kampanye crowdfunding ekstrem kanan mengumpulkan lebih dari 1,5 juta euro ($1,6 juta) untuk keluarga petugas polisi yang dituduh membunuh Nahel.
Banyak tokoh kubu kiri yang marah besar mendengar kabar tersebut. Pasalnya, pria yang menjadi tertuduh membunuh Nahel tanpa alasan jelas itu justru mendapatkan donasi lima kali lebih besar dari yang didapat korban.
Kerusuhan yang berlangsung selama hampir sepekan itu telah menyaksikan pertempuran jalanan dengan polisi, penjarahan dan perusakan kriminal dalam skala yang tidak disaksikan di Prancis selama beberapa dekade.
Sekitar 3.000 orang telah ditangkap, 700 petugas terluka, 5.000 kendaraan hancur, dan 1.500 bangunan diserang atau dijarah.(chm)