- Tangkapan Layar/tvOne
Hamas dan Israel Memanas, Waketum MUI Nilai Itu Bukti Palestina Tidak Menyerah Meski Dijajah Selama 75 Tahun
Jakarta, tvOnenews.com - Hamas Palestina berhasil membuat kaget zionis Israel dengan serangan yang disebut Badai Al Aqsa.
Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas menilai serangan dadakan Hamas Palestina terhadap Israel, menjadi bukti tidak menyerahnya warga Arab-Palestina yang ditindas selama sekitar 75 tahun.
Pria yang akrab disapa Buya ini mengatakan bahwa situasi konflik berkepanjangan antara Israel-Palestina itu tak akan pernah usai sebelum dunia internasional secara adil membantu menyelesaikannya.
“Negara-negara Barat itu, seharusnya dapat bersikap adil dalam melihat situasi konflik antar keduanya,” ujar Anwar Abbas dalam keterangannya.
Oleh karenanya, Anwar Abbas meminta agar dunia internasional mengakui kedaulatan dari Palestina.
"Kami meminta kepada dunia internasional untuk mengakui kedaulatan penuh beserta kemerdekaan dari rakyat Palestina,” tandas Anwar Abbas.
“Karena tanpa itu, maka tidak akan pernah ada kedamaian di sana," lanjut Anwar Abbas.
Pria yang juga menjabat sebagai salah satu Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah ini juga mengatakan jika tanpa adanya pengakuan kedaulatan maka konflik dengan Israel akan terus terjadi secara berulang.
“Tanpa adanya kedaulatan penuh kepada rakyat Palestina, maka tidak akan ada kedamaian di antara mereka,” ujar Anwar Abbas.
“Perang tidak akan pernah terhenti karena rakyat Palestina tidak akan mau meletakkan senjatanya atas para penjajah yang hendak membuat mereka tunduk,” sambung Anwar Abbas.
Kekuatan Militer Palestina dan Israel
Serangan Rudal Hamas (AFP)
Eskalasi pertempuran antara Tentara Israel dengan Palestina diperkirakan akan terus membesar.
Berdasarkan data pada tahun 2021, Tentara Israel (Israel Defence Force/IDF) memiliki hampir 170 ribu personel militer aktif dan lebih dari tiga juta yang tersedia untuk dinas militer.
Tidak hanya itu, anggaran belanja IDF juga sebesar $20,5 miliar (2019) dan berada di peringkat ke-15 dalam hal pengeluaran militer secara global.
Sementara itu, tanpa adanya negara atau tentara reguler, berbagai kelompok perlawanan Palestina memiliki jumlah personel yang jauh lebih sedikit dibandingkan tentara Israel, yaitu berjumlah sekitar 30 ribu hingga 50 ribu tentara.
Menurut berbagai perkiraan, Hamas memiliki antara 10 ribu-20 ribu pejuang.
Pada tahun 2009, International Crisis Group memperkirakan kekuatan Brigade Al Qassam, sayap bersenjata Hamas, berjumlah antara 7 ribu dan 10 ribu orang.
Namun perkiraan terbaru menyebutkan jumlah personel kelompok ini bisa mencapai hampir 40 ribu orang.
Palestinian Islamic Jihad (PIJ), kelompok bersenjata lain, memiliki jumlah pejuang antara 8 ribu hingga 9 ribu orang.
Pasukan keamanan Otoritas Palestina, yang dibentuk berdasarkan Oslo Peace Accords yang gagal, yang ditandatangani oleh Organisasi Pembebasan Palestina, Palestinian Liberation Organisation (PLO) dan Israel, sebagian besar didanai oleh AS dan Uni Eropa.
Dok. Asap dan Api Membumbung Selama Serangan Udara Israel di Gaza (Reuters)
Sebagian besar pejuang PLO terintegrasi ke dalam kekuatan ini, berjumlah sekitar 83 ribu orang.
Banyak warga Palestina menilai Oslo Peace Accord sebagai perjanjian yang meragukan, yang telah mengubah kapasitas tempur PLO menjadi pasukan keamanan yang tunduk di bawah kendali de facto Israel.
Akibatnya, dalam perang aktif antara Palestina dan Israel, pasukan keamanan Otoritas Palestina tidak dapat memainkan peran militer apa pun.
Di industri persenjataan, Israel memiliki berbagai senjata yang diproduksi oleh industri militer dalam negeri, yang merupakan salah satu eksportir terbesar di dunia, yang menjual senjata ke negara-negara seperti Rusia dan Amerika.
Banyak negara Eropa juga menjadi klien mereka.
Sementara itu, warga Palestina tidak memiliki industri pertahanan nasional.
Menurut perkiraan, Angkatan Udara Israel setidaknya memiliki 684 jet tempur, sedangkan Palestina tidak memiliki pesawat.
Angkatan Udara Israel memiliki 34 ribu personel aktif.
Angkatan Laut Israel memiliki 10 ribu personel aktif, dan juga memiliki 4 korvet, 8 kapal rudal, 5 kapal selam, 45 kapal patroli dan 2 kapal pendukung.
Sedangkan warga Palestina hanya punya sedikit kapal penangkap ikan di Gaza.
Meskipun ada perbedaan besar antara kemampuan militer kedua belah pihak, Israel terus mengeluh tentang jumlah roket Hamas.
“Intelijen Israel menilai bahwa sebagian besar persenjataan Hamas yang berjumlah 5 ribu hingga 6 ribu roket dapat menyerang suatu tempat antara komunitas perbatasan Gaza hingga jarak 40-55 km,” menurut laporan Jerusalem Post.
Surat kabar Israel juga mengatakan bahwa Palestinian Islamic Jihad memiliki 8 ribu roket jarak pendek.
Menurut intelijen Israel, Hamas memiliki puluhan roket dengan jangkauan 100-160 km, sedangkan Palestinian Islamic Jihad memiliki sejumlah kecil roket Buraq-100 dengan jangkauan lebih dari 100 km. Hamas mungkin juga memiliki ratusan roket dengan jangkauan 70-80 km yang mampu menjangkau kota-kota seperti Tel Aviv.
Di sisi lain, Israel memiliki sistem rudal balistik dan rudal jelajah yang canggih dan beragam.
Meskipun Israel merahasiakan inventaris rudalnya, para analis berpendapat bahwa negara tersebut memiliki keunggulan yang tak tertandingi dibandingkan dengan roket Hamas dan Palestinian Islamic Jihad.
Terakhir, Israel memiliki sistem pertahanan udara Iron Dome yang efektif untuk melindungi Israel dari roket-roket Hamas dan Palestinian Islamic Jihad. (put/chm/ant)