- ANTARA/Desca Lidya Natalia
Konflik Israel-Palestina Bakal Mereda Selama Bulan Ramadan, China Beri Ultimatum Tegas soal Krisis Kemanusiaan
Jakarta, tvOnenews.com - Konflik Israel-Palestina diprediksi bakal mereda selama Ramadan didukung dukungan langsung China, yang memberi ultimatum tegas soal krisis kemanusiaan.
China mendadak mendukung dihentikannya aksi militer Israel di Jalur Gaza, Palestina dimulai 10 Maret 2024.
Hal tersebut disampaikan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning yang menyebut negara Tirai Bambu mendukung semua upaya diplomatik untuk meredakan ketegangan dan mengatasi krisis kemanusiaan.
"Kami menyerukan kepada semua pihak yang berkepentingan untuk segera menghentikan pertempuran," kata Mao Ning saat menyampaikan keterangan kepada media di Beijing, China, Kamis (29/2/2024).
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Joe Biden menekankan Israel terbuka melakukan gencatan senjata di Jalur Gaza selama Ramadan untuk membebaskan seluruh sandera.
Ucapan Biden tersebut terekam dalam wawancara di televisi, yang mana Israel dikatakan menunggu kesepakatan pertukaran sandera.
Menurut Mao Ning, pihaknya terus memantau perkembangan konflik Israel-Palestina yang terus menyengsarakan rakyat sipil.
"Seiring berlarutnya konflik, situasi kemanusiaan terus memburuk di Gaza. Komunitas internasional harus bertindak sekarang dan fokus atas semua upaya untuk mewujudkan gencatan senjata dan melindungi warga sipil," tambah Mao Ning.
Mao Ning menegaskan China meminta pihak-pihak terkait agar melakukan segala yang mungkin mencegah jatuhnya korban di kalangan warga sipil dan mencegah bencana kemanusiaan lebih buruk lagi.
Di sisi lain, Rusia akan menjadi tuan rumah pertemuan antara Hamas, Fatah, dan kelompok Palestina lain di Moskow pada 29 Februari-2 Maret 2024 di tengah perbedaan pandangan di antara kelompok-kelompok itu dalam menciptakan perdamaian.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Mikhail Bogdanov mengatakan pertemuan itu akan dihadiri 12 hingga 14 organisasi, termasuk Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).
Seperti diketahui, serangan Israel ke Gaza telah berlangsung sejak 7 Oktober 2023 dan menewaskan sedikitnya 29.954 warga Palestina telah tewas, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan dan lebih dari 70.300 lainnya terluka, sedangkan hampir 1.200 warga Israel diyakini telah tewas dalam serangan Hamas.
Otoritas Palestina menuntut Israel menanggung biaya finansial pembangunan kembali Gaza dan menunjukkan komitmen mereka terhadap solusi dua negara.
Pada 24 November 2023, Qatar memediasi perundingan antara Israel dan Hamas mengenai gencatan senjata sementara dan pertukaran beberapa tahanan dan sandera, serta pengiriman bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza.
Gencatan senjata telah diperpanjang beberapa kali dan berakhir pada 1 Desember. Lebih dari 100 sandera diyakini masih ditahan oleh Hamas di Gaza.
Krisis kemanusiaan terus terjadi di Gaza karena Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengaku belum bisa mengirimkan bantuan kemanusiaan dengan aman ke Jalur Gaza utara di tengah serangan Israel sehingga penduduk di Gaza terancam kelaparan karena tidak punya akses ke suplai makanan.
UNRWA mengatakan bahwa aliran bantuan kemanusiaan ke Gaza telah berkurang sebesar 50 persen pada Februari karena sulit untuk membawa pasokan melalui Karem Abu Salem (Kerem Shalom) dan Rafah.
Perang Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza terpaksa mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur rusak atau hancur.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang dalam putusan sementara pada Januari memerintahkan Israel untuk menghentikan aksi genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan bisa diberikan kepada warga sipil di Gaza.(ant/lpk)