- Tangkapan layar
Kontradiktif! Setelah Diserang Iran, Presiden Israel Klaim Negaranya Selalu Mengusahakan Perdamaian: Kami Menahan Diri
Jakarta, tvOnenews.com - Presiden Israel Isaac Herzog angkat bicara mengenai serangan rudal dan drone yang dilancarkan Iran pada Sabtu kemarin.
Herzog menyatakan, aksi nekat Iran terhadap Israel tersebut dapat dianggap sebagai pernyataan perang.
Kendati demikian, Herzog menegaskan bahwa pihaknya kini masih akan menahan diri.
"Ini seperti perang sungguhan. Maksudnya, ini merupakan pernyataan perang," kata Herzog dikutip dari Inggris Sky News, Senin (15/4/2024).
Terkait bagaimana Israel akan merespons serangan Iran, Herzog mengungkapkan bahwa Israel akan mempertimbangkan semua dampak yang berpotensi terjadi.
Israel saat ini tengah membahas berbagai opsi yang ada bersama mitra, termasuk bersama Amerika Serikat.
"Karena kami bisa menahan diri, karena kami tahu (tindakan kami) pasti ada akibatnya, dan karena kami tengah berdiskusi dengan mitra-mitra kami," ucap Herzog.
"Kami tengah mempertimbangkan semua opsi, dan saya cukup yakin kami akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi dan membela rakyat kami," imbuhnya.
Kontradiksi Perdamaian yang Dikatakan Israel
Ketika ditanya apakah Herzog setuju dengan sekutu Barat yang menyerukan untuk menahan diri, dirinya mengklaim bahwa negaranya berdiri untuk mencari perdamaian. Oleh karena itu, mereka untuk sementara waktu akan menahan diri.
"Hal terakhir yang dinginkan Israel di wilayah ini sejak berdirinya adalah berperang. Kami mengusahakan perdamaian," ujar Herzog.
Dalam konteks ketegangan dengan Iran, Isaac Herzog mengungkit soal perang 7 Oktober 2023 saat Israel melawan Hamas.
Iran dituding terlibat dan menjadi dalang atas serangan-serangan Hamas kepada Israel.
"Kami adalah negara yang damai. Kami telah berdamai dengan tetangga kami berkali-kali. Sayangnya, semuanya dimulai pada tanggal 7 Oktober ketika proksi Iran, Hamas, memimpin pembantaian yang luar biasa brutal terhadap warga Israel dan sisanya adalah sejarah. Kita tahu itu. Jadi kita harus menempatkannya dalam perspektif," ungkap Herzog.
Berdasarkan pernyataan tersebut, tentu saja perdamaian yang dimaknai Israel sangat kontradiktif.
Pasalnya, sejarah mencatat bahwa sejak berdirinya Israel mereka selalu mengobarkan api peperangan di Timur Tengah.
Terlepas dari pembenaran politik yang dianut Israel, invasi militer hingga genosida yang dilakukan terhadap Palestina sepanjang sejarah adalah bukti bahwa mereka tidak pernah mengupayakan perdamaian.
Bahkan hingga akhirnya mereka diserang Iran, Israel sempat menghancurkan konsulat Iran di Damaskus, Suriah pada tanggal 1 April yang tujuh perwira Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), termasuk dua jenderal tingkat tinggi.
Hal itulah yang akhirnya membuat Iran kemudian meradang dan menyatakan serangan balasan secara terbuka hingga memicu adanya potensi perang besar. (rpi)