- Antara
Terusik Adanya Pasukan UNIFIL di Lebanon, Pimpinan Israel Benjamin Netanyahu Murka ke PBB Beri Ultimatum Begini
Jakarta, tvOnenews.com - Pemimpin Israel Benjamin Netanyahu meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menarik misi penjaga perdamaian UNIFIL dari Lebanon selatan.
Hal itu disampaikan Benjamin Netanyahu yang mengirim pesan khusus kepada Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres.
"Sudah saatnya bagi Anda untuk menarik UNIFIL dari benteng pertahanan Hizbullah dan dari daerah pertempuran," kata Netanyahu dilansir Senin (14/10/2024).
"IDF (angkatan bersenjata Israel) telah berulang kali meminta ini, dan telah bertemu dengan penolakan berulang kali, semuanya ditujukan untuk menyediakan perisai manusia bagi teroris Hizbullah," klaim Netanyahu.
"Tuan Sekretaris Jenderal, singkirkan pasukan UNIFIL dari bahaya. Itu harus dilakukan sekarang, segera," kata pemimpin Israel itu.
Dua penjaga perdamaian terluka pada Kamis (10/10/2024) dalam serangan Israel terhadap pos pengamatan PBB di Lebanon selatan.
Sebuah peluru artileri juga menghantam pusat komando utama UNIFIL di kota perbatasan Naqoura pada hari berikutnya.
Netanyahu mengeklaim bahwa Israel menyesalkan cedera yang dialami penjaga perdamaian PBB.
"Namun, cara yang sederhana dan jelas untuk memastikan hal ini adalah dengan mengeluarkan mereka dari zona bahaya," katanya.
"Penolakan Anda untuk mengevakuasi tentara UNIFIL akan menjadikan mereka sandera Hizbullah. Ini membahayakan mereka dan nyawa tentara kami," kata Netanyahu.
UNIFIL didirikan pada Maret 1978 untuk mengonfirmasi penarikan Israel dari Lebanon dan membantu pemerintah Lebanon memulihkan otoritas di wilayah tersebut.
Mandat UNIFIL telah diperluas selama bertahun-tahun, khususnya setelah perang Israel pada 2006, untuk memantau gencatan senjata dan memfasilitasi bantuan kemanusiaan.
Israel telah melancarkan serangan udara besar-besaran di Lebanon terhadap apa yang diklaim Israel sebagai target Hizbullah sejak 23 September, menewaskan sedikitnya 1.437 orang, melukai lebih dari 4.123 orang lainnya, dan membuat lebih dari 1,34 juta orang mengungsi.
Serangan udara tersebut merupakan eskalasi dari perang lintas batas selama setahun antara Israel dan Hizbullah sejak dimulainya serangannya di Jalur Gaza, di mana Israel telah menewaskan lebih dari 42.200 orang, sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak, sejak serangan Hamas tahun lalu.
Meski ada peringatan internasional bahwa Timur Tengah berada di ambang perang regional di tengah serangan gencar Israel terhadap Gaza dan Lebanon, Israel memperluas konflik tersebut pada 1 Oktober dengan meluncurkan serangan darat ke Lebanon selatan.(ant/lgn)