- antara
Serangan Siber Rusia "Mengancam" Bank-bank Eropa dan AS
Peringatan Keras
AS, Uni Eropa dan Inggris telah berulang kali memperingatkan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk tidak menyerang Ukraina, setelah Moskow mengerahkan sekitar 100.000 tentara di dekat perbatasan dengan Ukraina, tetangganya yang bekas pecahan Uni Soviet.
Pada awal 2022, beberapa situs web Ukraina terkena serangan siber yang meninggalkan peringatan untuk "takut dan bersiap untuk hal terburuk" karena Rusia telah mengumpulkan pasukan di dekat perbatasan Ukraina. Layanan keamanan negara Ukraina SBU mengatakan, melihat tanda-tanda serangan siber itu terkait dengan kelompok peretas yang terkait dengan dinas intelijen Rusia.
Sementara itu, para pejabat Rusia mengatakan negara-negara Barat sedang dicengkeram oleh Russophobia (fobia terhadap Rusia) dan tidak memiliki hak untuk menceramahi Moskow, tentang cara bertindak setelah Barat memperluas aliansi militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) ke arah timur sejak jatuhnya Uni Soviet pada 1991.
Kremlin juga berulang kali membantah bahwa Rusia terlibat dalam kasus peretasan di seluruh dunia dan mengatakan siap bekerja sama dengan AS dan negara lain untuk menindak kejahatan dunia maya.
Meskipun demikian, regulator di Eropa sangat waspada.
Pusat Keamanan Siber Nasional Inggris memperingatkan organisasi-organisasi besar untuk meningkatkan ketahanan keamanan siber mereka di tengah ketegangan yang semakin dalam di Ukraina.
Pada Selasa (8/2), kepala pengawas otoritas pengawas keuangan federal Jerman (BaFin) Mark Branson mengatakan pada sebuah konferensi daring bahwa perang siber saling berhubungan dengan geopolitik dan keamanan. Gedung Putih juga menyalahkan Rusia atas serangan siber "NotPetya" yang menghancurkan pada 2017, ketika sebuah virus melumpuhkan sebagian infrastruktur Ukraina dan melumpuhkan ribuan komputer di puluhan negara.