- Istimewa
Ukraina Perkuat Hubungan dengan Suriah: Diplomasi Kemanusiaan di Tengah Invasi Rusia
tvOnenews.com - Setelah jatuhnya kepemimpinan Bashar al-Assad, Ukraina mengambil langkah strategis untuk mempererat hubungan bilateral dengan Suriah. Pada akhir Desember lalu, Menteri Luar Negeri Ukraina, Andrii Sybiha, memimpin delegasi resmi dalam kunjungan bersejarah ke Suriah. Dalam kunjungan tersebut, Sybiha bertemu dengan Menteri Luar Negeri sementara Suriah, Asaad Hassan al-Shibani, serta sejumlah pemimpin pemerintahan transisi, termasuk Abu Mohammed al-Golani dari Hayat Tahrir al-Sham.
Langkah tersebut menegaskan upaya Ukraina untuk memperluas pengaruhnya di kawasan Timur Tengah, sekaligus mengurangi dominasi Rusia. Sebagai langkah konkret, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengirimkan 500 ton tepung terigu ke Suriah melalui Program Pangan Dunia (WFP) untuk membantu mengatasi krisis pangan yang masih melanda negara tersebut.
“Lebih dari dua lusin truk akan mengantarkan 500 ton tepung terigu pertama dari Ukraina ke Suriah. Ini adalah upaya nyata untuk mendukung ketahanan pangan dan membantu memulihkan perekonomian Suriah,” ujar Andrii Sybiha.
Dalam unggahan di media sosial Twitter atau X pada Senin (30/12/24), Presiden Zelenskyy menegaskan, bantuan itu akan didistribusikan kepada sekitar 33.250 keluarga atau setara dengan 167.000 orang dalam beberapa pekan mendatang. Masing-masing keluarga akan menerima paket tepung seberat 15 kilogram yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan selama satu bulan.
Diplomasi Strategis Ukraina
Menanggapi hal tersebut, akademisi hubungan internasional dari Universitas Jenderal Soedirman, Dias Pabyantara, menilai langkah tersebut merupakan bagian dari strategi Ukraina untuk memperkuat posisinya di Timur Tengah, terutama setelah kejatuhan rezim Assad.
“Ukraina tidak hanya menunjukkan dukungannya terhadap stabilitas regional, tetapi juga membuka peluang kerja sama yang lebih luas di bidang ekonomi dan politik," kata Dias. "Ini adalah langkah strategis untuk mengurangi pengaruh Rusia di Timur Tengah." Dias nenegaskan hal itu dalam wawancara dengan media, Sabtu (04/01/25).