- antara
Perbedaan Idul Adha di China, khilafiyah di Tengah Otoritarianisme
Ketetapan itu juga diikuti oleh CIA Kota Guangzhou. Bahkan, masjid-masjid di ibu kota Provinsi Guangdong itu juga telah melakukan berbagai persiapan penyelenggaraan Shalat Idul Adha.
Ada empat masjid besar di kota yang disebut-sebut sebagai tempat pertama turunnya ajaran Islam di China itu, yakni Huaisheng, Haopan, Xiaodongying, dan Abi Waqqash.
Khusus di masjid yang juga diyakini terdapat makam sahabat sekaligus paman Nabi Muhammad SAW, Sa'ad bin Abi Waqqash, itu Shalat Idul Adha akan digelar dalam dua putaran. Putaran pertama pada pukul 07.30 hingga 08.00 waktu setempat (06.30-07.00 WIB) dan putaran kedua pada 09.00-09.30.
Masjid yang lokasinya berada di tengah kota dan berseberangan dengan Stasiun Kereta Api Guangzhou tersebut mampu menampung sekitar 10.000 anggota jamaah.
Selain masjid, asosiasi Islam setempat juga mengadakan Shalat Id di beberapa tempat, seperti di Huadu dan Nansha, yang masing-masing digelar dalam dua putaran mulai pukul 07.30.
Inilah bedanya dengan di Beijing yang oleh otoritas setempat masjid-masjid tidak direkomendasikan menyelenggarakan Shalat Idul Adha pada tahun ini atas alasan pandemi. Sama halnya dengan Idul Fitri kemarin, juga tidak ada shalat karena sejak awal Januari 2022, semua masjid di ibu kota China itu ditutup untuk umum.
"Sayangnya untuk Idul Adha tahun ini kami belum bisa menyelenggarakan Shalat Id karena masjid-masjid di Beijing masih tutup akibat pandemi," kata seorang Pengurus CIA di Beijing, Kamis (7/7), memohon maklum.