- Humas Kemenag RI
Tetap Jaga Kesehatan, Jemaah Haji Banyak Menderita 4 Penyakit Ini Pasca Puncak Haji
Puncak ibadah Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) telah berakhir. Sebentar lagi para jemaah haji akan dipulangkan kembali ke Tanah Air.
Pada pemberitaan sebelumnya, Satgas penanganan Covid-19 tidak memberlakukan ketentuan karantina bagi jemaah haji yang tiba di Indonesia. Karena kondisi tubuh jemaah haji Indonesia telah dinyatakan sehat berdasarkan skrining di bandara.
Namun petugas kesehatan, seperti tim Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Bidang Kesehatan maupun Tenaga Kesehatan Haji (TKH) kloter akan tetap kembali menempati pos masing-masing dan mengikuti pola pergerakan jemaah haji.
“Pelayanan kesehatan kembali ke kloter, sektor, dan KKHI,” jelas Kepala Pusat Kesehatan Haji dr. Budi Sylvana.
dr. Budi menjelaskan bahwa pasca puncak ibadah Haji, pelayanan kesehatan akan lebih difokuskan untuk menjaga kondisi kesehatan jemaah sebaik mungkin. Seperti pada pelayanan kesehatan di tingkat kloter, sektor, maupun Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI).
“Fokus kita saat ini menjaga kondisi kesehatan jemaah setelah Armuzna,” tegas dr. Budi.
Selain itu, pihaknya juga menegaskan kewaspadaan petugas kesehatan dalam mempertahankan fokus pada kesehatan jemaah haji tidak boleh berkurang, meski puncak pelaksanaan haji sudah selesai.
Agar tidak terjadi kekambuhan penyakit pada jemaah haji, pihaknya terus memperkuat skrining kesehatan dari para jemaah haji di tingkat kloter dengan tetap mempertahankan formasi 30.
Sementara itu, pelayanan kesehatan di sektor dan KKHI tetap berjalan seperti biasa sampai masa operasional haji selesai.
“Sehingga tidak menyebabkan penurunan kondisi kesehatan atau munculnya kekambuhan penyakit-penyakit yang sebelumnya sudah di miliki jemaah sejak di Indonesia,” terangnya.
Selain dari segi kesiapsiagaan pelayanan kesehatan untuk para jemaah Indonesia, tim kesehatan telah menyiapkan tanazul awal bagi jemaah sakit untuk kembali ke Tanah Air saat kondisinya telah dinyatakan layak terbang.
“Sampai saat ini kami juga masih menerima usulan tanazul dari kloter,” jelas dr. Budi.
dr. Budi juga berpesan kepada para jemaah haji ada beberapa pergeseran tren penyakit jemaah haji pasca Armuzna.
Tercatat hingga Selasa (12/7/2022), jemaah haji banyak mengalami batuk pilek berjumlah 14.962 kasus. Di posisi kedua, penyakit hipertensi juga banyak dikeluhkan oleh jemaah Haji sebanyak 12.720 kasus.
Sementara penyakit terbanyak ketiga yang sering dialami jemaah haji yaitu pernafasan sebanyak 6.785 kasus. Nomor empat yang sering dialami oleh Jemaah Haji yaitu nyeri otot, sebanyak 5.272 kasus.
Khusus kepada jemaah haji pada gelombang pertama yang sebentar lagi akan segera pulang ke Indonesia diminta agar tetap disiplin untuk menjaga protokol kesehatan, mengingat pelaksanaan ibadah haji kali ini dilaksanakan dalam periode kesiapsiagaan terhadap Covid-19.
“Ingat, masker tidak hanya melindungi kita dari Covid-19, melainkan juga dari potensi penularan penyakit lainnya,” terang dr. Budi.
Bagi jemaah yang sedang dan akan menuju madinah juga tetap disiplin menjaga protokol kesehatan juga tetap jangan tunggu haus untuk minum.
Serta selalu menggunakan APD terutama saat beraktivitas di luar pemondokan. Hal tersebut bertujuan untuk menghindarkan jemaah dari kelelahan dan dehidrasi.
“Ingat, kelelahan dan dehidrasi dapat memicu munculnya penyakit lainnya,” tambah dr.Budi. (Kmr)