Kapal yang Berada di Laut Cina Selatan. Sabtu (24/9/2022)..
Sumber :
  • AP Newsroom

China Gunakan Kapal Sipil untuk Meningkatkan Kemampuan Jangkauan Angkatan Laut

Sabtu, 24 September 2022 - 15:52 WIB

Jakarta - Sebuah kapal ilmiah China penuh dengan peralatan pengawasan berlabuh di pelabuhan Sri Lanka. Terlihat ratusan kapal penangkap ikan bukan milik China berlabuh selama berbulan-bulan di antara pulau-pulau yang disengketakan di Laut Cina Selatan.

Angkatan Laut China sudah menjadi yang terbesar di dunia berdasarkan jumlah kapal, dan dengan cepat membangun kapal perang baru sebagai bagian dari ekspansi militer yang lebih luas. 

Negara ini meluncurkan kapal induk pertama yang dirancang dan dibangun di dalam negeri pada Juni, dan setidaknya lima kapal perusak baru sedang dalam perjalanan.

China meningkatkan kegiatan militernya di sekitar pulau Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri, mencari perjanjian keamanan baru dengan pulau-pulau Pasifik dan membangun pulau-pulau buatan di perairan yang disengketakan untuk memperkuat klaim teritorialnya di Laut China Selatan, yang ditentang oleh AS dan sekutunya.

Di Kepulauan Spratly di Laut China Selatan, misalnya, China membayar kapal komersial lebih dari yang bisa mereka hasilkan dengan menangkap ikan hanya untuk menjatuhkan jangkar selama minimal 280 hari setahun untuk mendukung klaim Beijing atas kepulauan yang disengketakan.

Filipina, Malaysia, Vietnam dan lainnya juga memiliki klaim atas Kepulauan Spratly, yang terletak di daerah penangkapan ikan dan jalur pelayaran penting, serta diperkirakan menyimpan cadangan gas alam dan minyak yang belum dimanfaatkan.

“Tetapi kapal-kapal China menghadang kapal pukat lain untuk menangkap ikan di daerah itu, dan perlahan-lahan menggusur mereka dari lahan, dengan sedikit yang bisa dilakukan pemerintah,” kata Jay Batongbacal,kepala Institut Urusan Maritim dan Hukum Filipina Universitas Filipina, dikutip dari APNewsroom, Sabtu (23/9/2022).

Dalam satu insiden yang dipublikasikan secara besar-besaran, sebuah kapal pukat baja China pada 2019 menabrak dan menenggelamkan kapal Filipina berlambung kayu di jangkar timur laut Kepulauan Spratly.

Kapal itu meninggalkan awaknya untuk kemudian diselamatkan oleh kapal penangkap ikan Vietnam. 

Meskipun ada protes diplomatik dari Filipina, China membantah insiden itu disengaja, menyebutnya sebagai tabrakan yang tidak disengaja.

Selain sekitar 800 hingga 1.000 kapal penangkap ikan komersial di armada Spratly, China memiliki sekitar 200 kapal lain sebagai bagian dari milisi maritim profesional, menurut sebuah studi November yang ditulis bersama oleh Poling berdasarkan analisis laporan resmi China, citra satelit dan sumber lainnya. (mg2/ree)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
01:50
02:03
03:05
03:21
01:44
01:05
Viral