Warga Turki menyalakan api unggun di sekitar reruntuhan akibat gempa di Antakya, Turki..
Sumber :
  • AP

Umi Hadi, Ibu Empat Anak: Gempa Lebih Buruk Dari Pengeboman di Suriah

Kamis, 9 Februari 2023 - 14:17 WIB

Jakarta, tvonenews.com - Umi Hadi, wanita pengungsi Suriah yang tinggal Reyhanli di provinsi Hatay, Turki, dekat perbatasan dengan Suriah, menggambarkan gempa magnitudo 7,8 penuh dengan kegetiran dan ketakutan.

"Kami merasa rumah itu akan menelan kami, kami merasa kami akan mati. Listrik padam, tetapi kami berhasil lari keluar," tutur Umi Hadi kepada Aljazeera, sebagaimana dikutip Kamis (9/2/2023).

Umi Hadi telah menjanda akibat perang di Suriah dan telah melarikan diri melintasi perbatasan tujuh tahun lalu, untuk mencari keselamatan bagi anak-anak mereka. 

"Tangisan, ratapan, ketakutan, dingin, dan hujan! Itu lebih buruk dari pengeboman di Suriah, lebih buruk dari jet tempur. Saat jet datang untuk mengebom, Anda mendengarnya, Anda tahu mereka akan datang, Anda bisa bersembunyi. Dengan gempa bumi, Anda tidak tahu kapan akan terjadi," kata Umi Hadi.

Ia mengisahkan berhasil keluar dari reruntuhan dan tinggal di bawah pohon dalam cuaca dingin, "karena bumi terus berguncang," lanjutnya. 

"Kami kedinginan jadi kami menyalakan api kecil agar tetap hangat. Tidak ada tempat untuk pergi dan kami terlalu takut untuk kembali ke dalam rumah kami yang masih berdiri namun rusak akibat gempa," ratapnya.

Umi Hadi sudah menghabiskan dua malam, duduk di kursi di luar, dalam cuaca dingin, tidak tidur semenit pun. "Kami adalah pengungsi tunawisma lagi".

Hari ini, pemerintah kota memasang beberapa tenda untuk digunakan orang sebagai tempat berlindung, "tetapi tidak ada bantuan yang sampai kepada kami, tidak ada yang datang untuk membantu kami," tuturnya.

"Toko roti tidak bekerja. Bahkan jika Anda ingin membeli roti, Anda tidak dapat menemukannya." 

"Saya berkeliling ke seluruh kota mencari makanan untuk anak-anak kami dan tidak dapat menemukan apa pun kecuali biskuit dan samoon (sejenis roti), dan itu juga mahal."

Harga segala sesuatu melonjak dua hingga tiga kali lipat. "Saya membeli lilin untuk penerangan di malam hari; sekarang 15 lira (0,80 dolar AS), dulu empat  lira (0,20 dolar AS)."

"Masih belum ada listrik, belum ada air mengalir, belum ada gas, belum ada bahan bakar. Rumah sakit semua rusak." (ito)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
02:10
01:29
03:46
02:20
01:37
02:13
Viral