- Istimewa
Adanya Persaudaraan Jurnalis Muslim Indonesia Dinilai Baik untuk Kawal Peradaban Islam di Tanah Air
Jakarta - Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Remaja Masjid Dewan Masjid Indonesia (PP PRIMA DMI) Ahmad Arafat Aminullah mengapresiasi hadirnya persaudaraan jurnalis muslim Indonesia yang produktif untuk mengawal peradaban Islam di tanah air.
"Jurnalis muslim harus terus meningkatkan kualitas dan produktifitasnya untuk membangkitkan Islam sebagai kekuatan dunia," kata Arafat dalam diskusi publik Peran Jurnalis Muslim di Era komunikasi Digital untuk Memperkuat Literasi Umat di Hotel Balairung, Jakarta, Jumat (17/2/2023).
Diskusi publik itu berlangsung dalam rangka pengukuhan pengurus Persaudaraan Jurnalis Muslim Indonesia (PJMI) Periode 2022-2025. Dalam kesempatan tersebut Arafat menyampaikan di tengah perkembangan disrupsi teknologi informasi begitu pesatnya saat ini, tak bisa dipungkiri kehadiran media sosial membuat informasi jadi jauh lebih riuh dan bising.
Dimana semua orang menyebutnya sebagai era post truth.
"Kini yang dibutuhkan bukan mencari informasi yang perlu, tapi informasi mana yang baik dan benar. Melihat, berbicara dan mengaplikasikanya serta dampaknya bagaimana," ujarnya.
Arafat mengatakan, media Islam dan jurnalis muslim saat ini dituntut supaya pandai berinovasi dan beradaptasi dengan kemajuan teknologi informasi.
Hal tersebut berguna menunjukkan bahwa mereka adalah wartawan profesional yang mampu mengikuti perkembangan zaman serta senantiasa mewarnai kiprah kesehariannya dengan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamiin.
"Jurnalisme Islam harus bisa menyampaikan informasi yang benar, mengangkat isu-isu Islam Minoritas serta melakukan aksi untuk keperpihakannya kepada Islam minoritas tersebut," ujarnya.
Dia menegaskan, peran PJMI sangat strategis untuk menyampaikan pesan perdamaian dan persatuan bagi ummat Islam, kita butuh sosok dan figur-figur yang amanah, yang mampu menyampaikan pesan itu dengan kebenaran.
Dalam kesempatan tersebut Ketua Umum PP PRIMA DMI juga menyampaikan terkait penderitaan muslim minoritas Uighur di Tiongkok.
Menurutnya umat muslim Indonesia harus memandang ini sebagai panggilan bagaimana persaudaraan, toleransi, dan solidaritas juga dapat kita tunjukan dalam masalah Muslim Uighur ini.
“Kita harus merasa memiliki tanggung jawab, konstribusi, dan peranan yang nyata terhadap permasalah ini. Jika tidak ada yang membela saudara-saudara muslim yang masih tertindas di sana, lalu siapa lagi. Ini juga pengejawantahan sabda Rasulullah, bahwa seorang muslim harus peduli dengan Muslim yang lain,” ujarnya.
Dengan penuh semangat Ketua Umum PP Prima DMI menyampaikan dukungan untuk minoritas Uighur yang menerima diskriminasi tidak berhenti pada berdoa dan mengirimkan bantuan kemanusiaan saja.
"Kita berjuang untuk Uighur sebagaimana mendukung hak-hak saudara saudara kita seperti penduduk Palestina, Kashmir, dan pengungsi Rohingya. Indonesia adalah negara besar yang bermartabat dan toleran. Saatnya kita meminjamkan suara dan ulurkan tangan untuk Minoritas Muslim Uighur,” pungkas Arafat.
Selain Arafat, hadir pula sebagai pembicara Ketua Presidium Lembaga kemanusiaan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), dr. Sarbini Abdul Murad, CEO Badan Wakaf Al-Quran (BWA) Heru Binawan, dan Corporate Secretary Dompet Dhuafa Taufan Yusuf Nugroho