- tvonenews/Muhammad Bagas
Musyawarah Diversi Ditolak Kubu David Ozora, Pelaku Anak AG Jalani Sidang Pembacaan Dakwaan
Jakarta, tvOnenews.com - Pelaku anak AG pada kasus penganiayaan berat terhadap David Ozora, telah rampung menjalani sidang perdana di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel).
Sidang pertama yang dijalani pelaku anak AG, beragendakan musyawarah diversi.
Pejabat Humas PN Jaksel, Djuyamto mengatakan, pihaknya akan menggelar sidang pembacaan dakwaan terhadap pelaku anak AG.
"Hakim yang bersangkutan sudah menyampaikan hari ini juga akan dilakukan sidang yang pertama. Hari ini juga dan sidang yang pertama itu dilakukan di Ruang Sidang 7," kata Djuyamto kepada awak media, Jakarta, Rabu (29/3/2023).
Djumyanto menuturkan, sidang terhadap pelaku anak AG berlangsung secara tertutup dengan agenda pembacaan dakwaan. Sidang pembacaan dakwaan dilakukan usai pihak David Ozora menolak musyawarah diversi yang berlangsung.
"Tapi dengan acara sidang secara tertutup. Hakim yang memimpin proses diversi, jadi dari pihak keluarga korban tidak bersedia artinya menolak untuk dilakukan proses penyelesaian melalui diversi," ungkapnya.
Perbedaan Hukuman Ketiga Pelaku
Pihak kepolisian menetapkan tiga orang tersangka pada kassus penganiayaan secara membabi buta terhadap David Ozora.
Ketiga orang tersangka itu yakni pelaku utama Mario Dandy Satrio alias MDS (20) anak eks Pejabat Pajak Kemenkeu, Shane Lukas alias SL (19), dan seorang perempuan yang masih berstatus anak yakni AG (15).
Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Metro Jaya, Kombes Hengki Haryadi ketiga tersangka tersebut diterapkan pasal berupa penganiayaan berat dengan rencana terlebih dahulu.
"Pertama tersangka MDS, 355 KUHP subsider 354 Ayat 1 KUHP subsider 353 Ayat 2 KUHP subsider 351 Ayat 2 KUHP dan atau 76 C jo 88 UU perlindungan anak ancaman maksimal 12 tahun penjara," kata Hengki dalam konferensi persnya, Jakarta, Kamis (2/3/2023).
"Tersangka SL yaitu 355 Ayat 1 KUHP jo 56 KUHP subsider 354 Ayat 1 jo 56 KUHP subsider 353 Ayat 2 jo 56 KUHP subsider 351 ayat 2 jo 76 C UU perlindungan anak," sambungnya.
Hengki menuturkan, penerapan pasal penganiayaan berat dengan direncanakan itu didapati pihak penyidik usai melakukan pemeriksaan secara mendalam berdasarkan alat bukti dan keterangan saksi. Alhasil didapati adanya bukti penganiayaan beratai yang terlebih dahulu direncanakan oleh para tersangka terhadap David.
Di sisi lain, AG turut serta disangkakan pasal penganiayaan berat dengan direncanakan terlebih dahulu. Namun, khusus pelaku AG pihak kepolisian lebih mengutamakan penanganan anak yang berkonflik dengan hukum dengan merujuk pasal tentang perlindungan anak.
"AG Pasal 76 C jo pasal 80 UU perlindungan anak dan atau 355 Ayat 1 Jo 56 subsider 353 aAyat 1 KUHP subsider 351 Ayat 2 KUHP," ungkapnya. (raa)