- Kolase tim tvOnenews.com
Ganjar Pranowo Jadi Capres Berbeda dengan Jokowi dan SBY, Denny Siregar: Ya Iyalah, Jomplang
Jakarta, tvOnenews.com - Pada hari Jumat (21/4/2023), Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengumumkan secara resmi bahwa Ganjar Pranowo sebagai Calon Presiden 2024. Amanat baru ini diberikan kepada Ganjar Pranowo tentunya hal ini merupakan berita besar.
Ganjar Pranowo disematkan sebuah Peci menjadi simbolis dari diberikannya amanat sebagai Capres 2024 PDIP.
Dengan dinyatakannya Ganjar Pranowo sebagai Capres membuat beberapa partai lainnya ikut bergerak dan menunjukkan dukungannya.
Beberapa public figure juga menanggapi pengumuman capres PDIP ini. Salah satunya yaitu Denny Siregar, Seorang pegiat media sosial yang memberikan tanggapan pada akun Twitternya @Dennysiregar7.
Megawati Umumkan Ganjar Pranowo Sebagai Capres PDIP. (PDIP)
Denny Siregar menyebutkan adanya perbedaan dukungannya saat Ganjar Pranowo dipilih menjadi Capres 2024 dibandingkan saat Joko Widodo menjadi Capres di tahun 2014 dan 2019.
Dirinya menyebutkan adanya perbedaan perebutan kekuasaan antara dulu dan sekarang. Denny Siregar menyebutkan peralihan kekuasaan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Presiden Joko Widodo sangatlah berbeda.
“Ada teman yang bilang, ‘Gua ke GP kok biasa aja ya, beda sama waktu dukung Jokowi dulu.’ Kujawab, ‘Ya iyalah. Dulu Jokowi dibandingin sama SBY. Jomplang. Sekarang GP dibandingin sama Jokowi. Jelas standardnya sekarang jauh lebih tinggi..’,” tulis Denny Siregar pada akun media sosial Twitternya @Dennysiregar7.
Tanggapan ini sontak memberikan banyak komentar warganet lainnya. Berbagai pendapat dari warganet juga tertulis pada unggahan tersebut.
Kemudian salah seorang warganet menyambungkan tanggapan Denny Siregar dan mendapat balasan tweet dari pegiat media sosial tersebut.
“Pendukung Pak @ganjarpranowo setelah pak ganjar di capres kan melorot, gak semangat. Dulu rakyat juga gak suka @SBYudhoyono, cuma pilih SBY karena benci sama Ibu @PDI_Perjuangan yang bilang Jenderal cengeng ke SBY. nah sekarang hati2,” ujar salah seorang warganet menjawab tanggapan Denny Siregar.
Namun, hal ini dibantah oleh Denny Siregar dengan menyematkan sebuah pemberitaan.
“Ahhhh masak sih, mungkin anda aja yang kurang updet” ungkap Denny.
Setelah memasang tweet yang disertai dengan salah satu pemberitaan yang menyatakan hasil survei terbaru dari SMRC, bahwa elektabilitas Ganjar Melejit Usai Diusung PDIP.
Elektabilitas Ganjar Pranowo Melejit
Elektabilitas Ganjar Pranowo melejit usai diusung PDIP sebagai bakal calon presiden (capres) di Pilpres 2024 nanti.
Hal itu berdasarkan hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) dalam periode survei 25 hingga 28 April 2023 pada pemilih kritis.
SMRC mencatat elektabilitas Ganjar Pranowo naik menjadi 20,8 persen.
Ganjar berhasil mengungguli Prabowo Subianto yang memiliki elektabilitas sekitar 15,8 persen dari 18,3 persen dan Anies Baswedan dari 10,7 persen menjadi 11,4 persen.
Hal ini menunjukkan elektabilitas Ganjar naik signifikan dari 13 persen pada 4 hingga 7 April 2023.
"Baru setelah keputusan FIFA yang membatalkan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U20, menjadi 20,8 persen pada 25-28 April 2023 baru setelah keputusan PDI-P mencalonkan Ganjar," ujar Direktur Riset SMRC Deni Irvani dalam keterangan resminya di Jakarta, Sabtu (29/4/2023).
Potret Ganjar Pranowo. (Ist)
Menurutnya, kenaikan elektabilitas Ganjar terjadi dari akumulasi penurunan pada Prabowo, pemilih yang belum menentukan pilihan sebelumnya dan pada pemilih calon-calon lain.
Ia juga menjelaskan pemilih kritis adalah pemilih yang punya akses ke sumber-sumber informasi sosial-politik secara lebih baik karena mereka memiliki telepon atau telepon seluler sehingga bisa mengakses internet untuk mengetahui dan bersikap terhadap berita-berita sosial-politik.
Tidak hanya itu, Deni melihat mereka umumnya adalah pemilih kelas menengah bawah ke kelas atas, lebih berpendidikan, dan cenderung tinggal di perkotaan. Mereka juga cenderung lebih bisa mempengaruhi opini kelompok pemilih di bawahnya.
Adapun total pemilih kritis ini secara nasional diperkirakan 80 persen. Untuk itu, survei ini tidak mencerminkan populasi pemilih nasional persen.
Di sisi lain, ia menunjukkan bahwa elektabilitas bakal capres ini dalam 3 tahun terakhir cukup dinamis. Pada 2020, Prabowo terlihat paling kuat.
Pada 2021 sampai akhir 2022, Ganjar menjadi paling kuat. Prabowo mulai menguat di awal 2023 sejak Presiden Jokowi secara terbuka mendukung dirinya.
Dukungan Jokowi tentunya menggeser posisi Anies dari nomor dua. Meski begitu, puncak dukungan pada Prabowo adalah pasca keputusan FIFA membatalkan pelaksanaan Piala Dunia U20 di Indonesia di mana Prabowo mendapat dukungan.
"Ganjar mulai pulih dan menguat signifikan pasca pengumuman dirinya sebagai calon presiden oleh PDIP. Ia mengalami pemulihan berarti dari 13 persen menjadi 20.8 persen atau naik 7,8 persen,"kata dia
Elektabilitas Ganjar dan Prabowo masih seimbang ketika simulasi dilakukan untuk empat calon presiden yang sudah diputuskan oleh partai politik masing-masing. Sebab Prabowo telah diputuskan menjadi capres oleh Gerindra dan PKB.
Anies Baswedan juga telah dicalonkan oleh Nasdem, Demokrat dan PKS.
Ganjar telah dicalonkan oleh 4 partai dan lebih dari cukup untuk menjadi calon dan Airlangga Hartarto juga telah ditetapkan oleh Golkar.
"Kalau calonnya Airlangga, Anies, Ganjar, dan Prabowo, dalam survei terakhir para pemilih kritis, Ganjar dipilih oleh 30,4 persen, Prabowo 29,5 persen, Anies 19,8 persen, dan Airlangga 2,9 persen sisanya belum menentukan pilihan. Ini mengindikasikan bahwa Ganjar dan Prabowo bersaing ketat di kalangan pemilih kritis sekarang ini,” ucapnya
Potret Ganjar Pranowo. (Ist)
Deni menambahkan Prabowo terlihat lebih bisa menyerap pemilih kritis yang sebelum empat nama itu memilih nama-nama lain.
Ini bisa terjadi karena Prabowo sudah dikenal hampir semua pemilih sebanyak 95 persen, sedangkan Ganjar masih lebih rendah keterkenalannya di kalangan pemilih sekitar 86 persen.
Berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, pendaftaran bakal calon presiden dan wakil presiden dijadwalkan dimulai pada 19 Oktober sampai dengan 25 November 2023.
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (UU Pemilu), pasangan calon presiden dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20 persen dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25 persen dari suara sah secara nasional pada pemilu anggota DPR sebelumnya.
Saat ini, terdapat 575 kursi di parlemen sehingga pasangan calon presiden dan wakil presiden pada Pilpres 2024 harus memiliki dukungan minimal 115 kursi di DPR RI.
Selain itu, pasangan calon juga dapat diusung oleh parpol atau gabungan parpol peserta Pemilu 2019 dengan total perolehan suara sah minimal 34.992.703 suara. (muu/kmr)