- Tim tvOne
Digadang-gadang Jadi Cawapres 2024 Dampingi Ganjar Pranowo, Ini Profil Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar
Jakarta, tvOnenews.com - Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, memberikan tanggapannya mengenai laporan yang menyebutkan bahwa ia dianggap sebagai calon potensial untuk menjadi calon Wakil Presiden mendampingi Ganjar Pranowo dalam Pemilihan Presiden 2024 mendatang. Dalam pernyataannya, Nasaruddin Umar mengungkapkan bahwa ia tidak pernah membayangkan dirinya menjadi bakal calon wakil presiden atau bacawapres dalam konteks pemilihan tersebut.
Nasaruddin Umar menegaskan bahwa aspirasinya adalah bekerja di belakang layar. Ia menyatakan kepuasannya dengan peran yang ia lakukan saat ini, yaitu menciptakan harmoni, kedamaian, dan ketenangan di antara umat manusia.
Nasaruddin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal tersebut membantah mendapat tawaran menjadi calon wakil presiden (cawapres) PDIP Ganjar Pranowo di Pilpres 2024.
“Wah itu enggak, saya kira kami tidak pernah dukung apapun. Kami lebih enjoy mengurus umat,” ucap Nasaruddin Umar saat menyambangi KPU RI, Jakarta Pusat, Jumat (19/5/2023).
Dia mengaku tak ada pembahasan soal cawapres Ganjar kepada dirinya. Begitupun ketika bertemu dengan Ganjar di Manado, Kamis (18/5/2023).
“Tapi saya enggak pernah dihubungi. Saya lebih enjoy mengabdikan diri untuk ketenangan, kesejukan kualitas bangsa ke depan,” kata dia.
Nasaruddin mengaku dirinya tidak pernah bermimpi untuk menjadi pemimpin apapun. Dia bersikukuh hanya bekerja secara ikhlas untuk menciptakan ketenangan dalam masyarakat.
“Prinsip saya tidak mungkin bangsa Indonesia ini besar ya kalau penuh dengan konflik, maka itu kita rawat bangsa ini jadi yang harmonis,” tuturnya.
Profil Nasaruddin Umar
Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, M.A., lahir pada 23 Juni 1959, adalah seorang tokoh agama yang memiliki peran penting dalam bidang keagamaan di Indonesia. Saat ini, beliau menjabat sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal di Jakarta. Sebelumnya, Nasaruddin Umar menjabat sebagai Wakil Menteri Agama Republik Indonesia dari tahun 2011 hingga 2014. Beliau juga dikenal sebagai pendiri organisasi lintas agama Masyarakat Dialog antar Umat Beragama.
Pengalaman Nasaruddin Umar dalam bidang agama tidak hanya terbatas pada pemerintahan. Beliau pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam di Departemen Agama/Kementerian Agama Republik Indonesia. Selain itu, beliau adalah anggota dari Tim Penasehat Inggris-Indonesia yang didirikan oleh mantan perdana menteri Inggris, Tony Blair. Keahliannya dalam dialog antaragama telah diakui dan memberikan kontribusi yang berharga.
Melansir istiqlal.or.id, Nasaruddin Umar juga memiliki keterlibatan yang signifikan dalam organisasi-organisasi Islam di Indonesia. Beliau adalah salah satu anggota Rais Pengurus Besar Nahdlatul Ulama untuk masa khidmat 2022-2027. Pada tanggal 3 November 2019, beliau terpilih sebagai Ketua Umum BP4 (Badan Pembinaan dan Pengawasan Pesantren, Pendidikan Agama, dan Keagamaan) untuk periode 2019-2024 dalam Munas BP4 XVI di Jakarta. Selain itu, beliau juga terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat Pondok Pesantren As'adiyah pada Muktamar As'adiyah ke XV di Sengkang tahun 2022.
Dengan pengalaman dan kontribusinya yang luas dalam bidang agama dan dialog antarumat beragama, Prof Dr K.H. Nasaruddin Umar, M.A. telah menjalin jejak prestasi yang luar biasa dalam memperkuat toleransi dan kerukunan antaragama di Indonesia.
Nasaruddin Umar menempuh studi pascasarjana di IAIN/UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, dan berhasil meraih gelar Magister pada tahun 1992 serta gelar doktoral (PhD) pada tahun 1998. Selama masa studi doktoralnya, beliau memiliki pengalaman sebagai mahasiswa di Program PhD di Universitas McGill, Montreal, Kanada, antara tahun 1993 dan 1994, serta di Program PhD di Universitas Leiden, Belanda, antara tahun 1994 dan 1995.
Setelah meraih gelar doktoral, Nasaruddin Umar memiliki pengalaman sebagai sarjana tamu di beberapa universitas terkemuka. Beliau menjadi sarjana tamu di Sophia University, Tokyo pada tahun 2001, sarjana tamu di SOAS University of London antara tahun 2001 dan 2002, serta sarjana tamu di Georgetown University, Washington DC antara tahun 2003 dan 2004. Pengalaman beliau di universitas-universitas tersebut memberikan kesempatan untuk berinteraksi dan berkontribusi dalam diskusi ilmiah yang lebih luas.
Sebagai seorang penulis, Nasaruddin Umar telah menerbitkan 12 buku yang mencakup berbagai topik. Salah satu karyanya yang terkenal adalah "Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Quran" yang diterbitkan oleh Paramadina pada tahun 1999. Buku ini berisi hasil penelitian yang mendalam tentang isu bias gender dalam Al-Quran. Karya tersebut memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang perspektif Al-Quran terkait kesetaraan gender.
Dengan keahlian akademiknya dan karya-karyanya yang beragam, Nasaruddin Umar telah memberikan kontribusi signifikan dalam bidang studi keagamaan, terutama dalam kajian Al-Quran dan isu-isu gender. (ade)