- dok. pribadi
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Dhelya Widasmara Sebut Kasus Sifilis di Yogyakarta Kasus yang Serius
Jakarta, tvOnenews.com - Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, Dhelya Widasmara menjelaskan peningkatan kasus penyakit seksual menular sifilis di DIY Yogyakarta perlu menjadi perhatian serius pemerintah setempat.
Dhelya mengaku kaget lantaran sudah ada 89 kasus sifilis per April 2023, dan paling sering disebabkan laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL).
"Terakhir yang saya baca pada 2023 ini per April 2023 sudah ada 89 kasus, padahal di tahun 2021 sejumlah 141 kasus per tahun, dan 333 kasus pada tahun 2022," jelas dia, saat dihubungi tvOnenews.com, Jumat (26/5/2023).
Tidak hanya itu, Kepala Instalasi Promosi Kesehatan RSUD Saiful Anwar ini pun menerangkan LSL ini tidak hanya menyebabkan penyakit sifilis namun juga penyakit menular lainnya.
"Peningkatan kasus LSL ini akan meningkatkan pula angka infeksi menular seksual seperti sifilis, gonorhae, hingga HIV/AIDS," kata dia.
Terlebih sifilis adalah penyakit yang bersifat great imitator and mimicker, atau gejala yang sering menyerupai penyakit-penyakit lain. Ditularkan melalui kontak langsung dengan luka, baik secara genital ataupun oral.
"Di sini penting bagi Dinas Kesehatan untuk meningkatkan edukasi terkait penyakit ini serta bahaya yang menanti, mulai dari ranah kecil seperti Dokter Umum di Puskesmas, dan jika perlu melibatkan tokoh pemimpin agama di area dengan kasus IMS tinggi," imbuhnya.
Sebelumnya, data menyebutkan bahwa kebanyakan penderita penyakit sifilis merupakan pasangan seks sesama jenis.
Dalam data Kementerian Kesehatan, penderita penyakit sifilis ini tergolong dalam kategori Lelaki Seks Lelaki atau LSL.
Salah satu contoh dimana kebanyakan penderita penyakit sifilis dari golongan Lelaki Seks Lelaki ini, hal ini bahkan terang benderang dari data Dinas Kesehatan DIY.
Disebutkan bahwa tiga tahun terakhir di Yogyakarta, rata-rata kasus sifilis paling banyak diderita laki-laki yang melakukan hubungan seks sesama jenis.
"Dilihat dari faktor resikonya, dari tahun 2020 sampai 2021 terjadi peningkatan pada kelompok LSL atau lelaki seks lelaki," kata Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DIY, Setyarini Hestu Lestari, akhir pekan lalu.
Ia menambahkan, pada 2020, penderita sifilis di DIY, 15 persennya adalah dari kelompok LSL. Di tahun 2021 meningkat menjadi 34 persen, dan di tahun 2022 ada peningkatan lagi menjadi 44 persen.
Bahkan, kasus tiga bulan pertama di tahun 2023 ini, 60 persennya adalah kelompok LSL.
"Kalau dilihat dari grafiknya dari tahun ke tahun dimana pada populasi LSL mengalami kenaikan kasus, maka ada kemungkinan peningkatan kasus sifilis di DIY salah satunya karena perilaku seks beresiko," tuturnya. (agr/muu)