- Kolase tvOnenews
‘Dirantai, Diikat, Ditaruh di Tiang’ Freddy Budiman Berdzikir Sebelum Dieksekusi, dr Sumy Hastry Ungkap Detik-detik Kematiannya...
tvOnenews.com – Freddy Budiman sempat berdzikir sebelum dieksekusi, dr Sumy Hastry ungkap detik kematiannya: dirantai, diikat lalu ditaruh di tiang.
Nama Freddy Budiman melekat dalam sejarah Indonesia setelah menjadi terpidana mati fenomenal dalam kasus penyelundupan narkoba sebanyak 1,4 juta pil yang diambil dari China.
Sang gembong narkoba berujung dieksekusi mati pada 29 Juli 2016 di Lapas Nusakambangan, Cilacap. Ahli forensik dr Sumy Hastry Purwanti yang kala itu bertugas sebagai tim dokter, membeberkan detik-detik eksekusi Freddy Budiman.
Dr Sumy Hastry menjadi salah satu dokter yang ditugaskan untuk membantu proses eksekusi Freddy. Dikutip dari tayangan kanal Youtube Denny Darko pada Senin (5/6/2023), sang dokter mengungkapkan ada persiapan yang begitu matang beberapa hari sebelumnya.
Wanita yang kerap disapa dr Hastry mengatakan dirinya harus berlatih bersama tim Brimob.
“Di tahun 2016 seperti yang kita ketahui, itu latihan (eksekusi) juga. Latihannya dengan Tim Brimob juga, jadi bagaimana mereka mau dieksekusi persiapannya,” kenang dr Sumy Hastry.
Persiapan eksekusi Freddy Budiman diantaranya merantai atau mengikat sang gembong narkoba pada sebuah tiang eksekusi.
“(Terpidana) dipakaikan baju, dirantai, diikat lalu ditaruh di tiang seperti itu. Trus kita laporan saya sebagai tim dokternya,” jelas dr Sumy Hastry.
dr Hastry juga menyampaikan bahwa latihan tersebut dilakukan pada malam hari. Saat itu, dirinya juga berlatih menempel titik tembak.
“Tempel titik tembaknya biar jelas karena kan dilakukan di malam hari,” ujar dr Sumy Hastry.
Menjelang proses eksekusi, kondisi kesehatan Freddy Budiman melalui pengecekan. Hal ini bertujuan agar ketika jenazah terpidana mati dikembalikan ke keluarga, tak ada luka lain selain luka eksekusi.
“Biasanya sehari sebelumnya dilakukan pengecekan (kesehatan),” kata dr Hastry.
Saat eksekusi Freddy Budiman dipakaikan baju berwarna putih dengan tanda titik tembak berwarna hitam. Kepala terpidana juga ditutup.
Tujuannya agar terpidana mati tidak harus merasa tersiksa atau kesakitan.
“Napi dikasih baju putih dan titiknya tempelnya hitam. Jadi memang dipersiapkan seperti itu dan ditutup kepalanya,” pungkas dr Sumy Hastry.
Dr Sumy Hastry Ungkap Freddy Budiman Sempat Berdzikir Sebelum Dieksekusi
Setiap terpidana mati akan dilakukan pendekatan sesuai dengan agama atau kepercayaan yang dianurnya. Jika menganut agama Islam maka akan didampingi Ustaz, jika beragama Nasrani makan didampingi pendeta.
“Mereka (terpidana mati) ini nantinya akan dijemput oleh pasukan Brimob untuk dipersiapkan di tiang eksekusi,” ungkap dr Sumy Hastry.
Kemudian, setelah semua selesai tim dokter menyiapkan tempat serta kain kafan atau peti setelah narapidana selesai dieksekusi.
“Setelah selesai, kita menyiapkan tempat. Setelah dieksekusi sudah disiapkan tempat untuk masing-masing dari meja, kain kafan. Ada yang minta dikafani atau peti, ada juga pakaian. Semua kita siapkan,” ungkap dr Sumy Hastry.
Diketahui, selama proses latihan menjelang eksekusi, tentunya narapidana tidak dilibatkan.
“Gak (latihan tidak melibatkan narapidana),” kata dr Hastry.
Sebagai tim dokter yang bertugas, ia mengatakan hanya ingin mengembalikan jasad terpidana mati dalam keadaan baik.
“Saya pikir saya hanya ingin merawat mereka sampai meninggal pun dalam keadaan baik dan diterima keluarganya dan sesuai dengan kepercayaan agamanya,” tutur dr Sumy Hastry.
Di hadapan Denny Darko, dr Hastry mengatakan setiap terpidana mati memiliki perilaku yang berbeda menjelang waktu eksekusi. Begitu pula dengan sosok Freddy Budiman.
Dr Sumy Hastry menyampaikan sang gembong narkoba sempat berdzikir dan merasa ikhlas dengan akhir kehidupannya dengan cara eksekusi.
“Dari beberapa napi tuh ada yang benar-benar ikhlas, baik, dzikir, termasuk Freddy Budiman itu misalnya. Ada juga yang didampingi, dari kita selalu didampingi,” tandasnya.
Freddy Budiman merupakan salah saty terpidana mati yang berprilaku baik menjelang eksekusi.
“Ada juga yang tidak tenang, tidak kooperatif. Ya paling saya lihat saja, terus Brimbob yang ini (menangani),” jelas dr Sumy Hastry.
Baca artikel terkini dari tvOnenews.com selengkapnya di Google News, klik di sini.
(rka)