- tim tvonenews
Musim Kawin
Setiap berlari--salah satu olahraga favorit saya--, saya selalu menggunakan jam pintar. Mereknya bisa apa saja. Saya tidak sedang bicara benda, tapi fungsi.
Saat memacu tubuh, sambil memikirkan banyak hal (saya selalu banyak menemukan ide ide ketika berlari) seringkali jam pintar saya berteriak. Saat seperti itu, saya harus segera memperhatikan interupsi jam yang memang cerewet ini (mengingatkan apa saja, kualitas tidur, kecepatan, jarak, hingga mengingatkan detak jantung), dan melihat apa yang dikatakannya.
Yang paling sering, benda ini mengingatkan saya akan detak jantung yang terlampau kencang.
Ini artinya, saya berlari cukup cepat di waktu yang cukup lama. Saya tak bisa abaikan apapun perintahnya. Dalam kondisi apapun, segembira apapun, setertantang bagaimanapun saya saat berlari, saya harus berhenti.
Jeda. Tak ada tawar menawar. Saya pasrah, menarik nafas dalam dalam, menghembuskannya perlahan lahan. Berharap detak jantung akan kembali normal.
(Ilustrasi - Atlet memantau detak jantung melalui jam kesehatan. Sumber: pixabay)