- tim tvonenews
Kultus
Lewat karyanya, secara imajinatif George berhasil menghubung-hubungkan cerita cerita lokal, mitologi, dongeng dongeng di banyak tempat ziarah di Pulau Jawa. Hasilnya, lempeng cara pandang, alam pikiran “lama” nyaris utuh, tak pernah hilang, laten, hidup dan dihidupi terus menerus.
Bahkan, di pusat kekuasaan ekonomi, politik yang terlihat rasional dan pragmatis di Jakarta, aktivitas warga di situs yang diyakini Makam Mbah Priok semakin semarak, meski sejumlah ahli, sejarawan, agamawan memberikan rekomendasi "ketidakbenaran" sejumlah data sejarah soal narasi di balik makam Mbah Priok.
Sejarah selalu aktual. Kini kita seperti diingatkan kembali dengan polemik Mahad Al Zaytun. Panji Gumilang mulanya dielu-elukan karena berhasil menemukan konsep pendidikan yang integral, menggabungkan kurikulum agama dengan negara dan meramunya dengan ilmu keterampilan hidup yang tak ada dalam sekolah sekolah negara.
Ada pelajaran bertani, berternak atau profesi profesi lain. Saat itu. berbondong-bondong kelas menengah Muslim mendaftarkan anak anaknya menjadi santri di sebuah kompleks pendidikan yang memiliki fasilitas sekolah yang lengkap dan megah di Indramayu, Jawa Barat.
Panji Gumilang lalu tumbuh jadi sosok sentral karena ia memang punya daya tarik. Ia seorang orator di podium. Alumnus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah itu jelas seorang pembaca yang tekun. Pidato pidatonya banyak mengambil tradisi yang berbeda, seperti Ibrani, Nasrani, Islam.
(Pimpinan Ponpes Al Zaytun, Panji Gumilang)
Mulanya pengetahuan itu dipakai untuk kutipan khotbah khotbahnya. Lambat laun aneka kepercayaan dan aliran dicampurkan, dipraktekkan sehari hari dalam komunitasnya. Pendukungnya mungkin takjub, akhirnya digiring seperti umat untuk berbuat banyak hal sekehendak Panji Gumilang. Publik di luar pun marah karena tindakan tindakannya banyak menggoncang keyakinan yang telah mapan.