- Istimewa
Merinding, Kisah Pembantaian Segerombolan Preman oleh Kopassus yang Dipimpin Serda Ucok di Lapas Cebongan Sleman
Rekan korban dan juga beberapa orang kemudian berusaha menarik Heru memisahkannya dari para preman.
Namun Dicky dan Dedi mereka masih terus menyerang korban bahkan beberapa anggota preman juga masih ikut membantu menginjak-injak korban yang sudah tidak berdaya.
Heru kemudian dimasukkan ke dalam taksi dan dilarikan ke rumah sakit terdekat. Informasi selanjutnya menyebutkan bahwa Heru pada akhirnya meninggal dunia.
Dicky dan kawan-kawan preman malah bangga
Saksi di dalam kafe mengatakan bahwa Dedi malah tertawa terbahak-bahak di depan kafe dan kemudian berteriak.
‘’Saya telah membunuh orang. Saya telah membunuh orang,’’ ucapnya seolah bangga dengan apa yang telah ia lakukan.
Tidak membutuhkan waktu yang lama, bukti dan saksi mata sudah jelas, polisi pun langsung meringkus empat preman yang terlibat dalam pembunuhan.
Menurut sekuriti kafe Joko pelaku yang mengeroyok bukan hanya empat orang namun total semuanya diperkirakan ada lebih dari delapan orang.
Otak dari pembunuhan tentu saja adalah Dicky dan Dedi. Sementara persidangan berjalan, keempat permen tersebut ditahan di lapas Cebongan Sleman dan dimasukkan ke dalam sel A5.
Sel tersebut sudah berisi lebih dari 30 napi. Rudi Handoko yang juga mendekam di dalamnya mengisahkan bahwa ketika mereka masuk ke dalam sel dengan bangga Dicky bercerita bahwa mereka baru saja membunuh anggota TNI.
Begitupun dengan Ade anggota dari preman tersebut terlihat sangat bangga dan mengatakan ikut menghabisi korban dengan memukul kepala korban.
Mereka saat itu tidak menyadari bahwa nyawa mereka kini dalam incaran anggota Kopassus yang lain.
Di tempat yang berbeda yaitu di tempat pelatihan Kopassus di Gunung Lawu, komandan meminta kepada seluruh prajurit untuk bersabar.
Komandan saat itu menginformasikan bahwa rekan mereka yaitu Serka Heru Santosa gugur di kafe Hugo setelah dikeroyok oleh sejumlah preman.