- Istimewa
Datuk Seri Ismail Sabri Yaakob Suarakan Kekhawatiran Terhadap Penyalahgunaan Hak Veto Oleh DK PBB
tvOnenews.com - Mantan Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Ismail Sabri Yaakob menyuarakan kebimbangan terhadap penyalahgunaan hak Veto oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai masalah yang paling besar.
Datuk Seri Ismail Sabri Yaakob menegaskan, hak Veto seringkali disalahgunakan untuk memihak kepada kuasa dunia yang memilikinya. Ia tidak demokratik dan melanggar prinsip hak asasi manusia. Ini menyebabkan konflik yang terjadi tidak dapat diselesaikan oleh Dewan Keamanan PBB.
“Sekarang adalah masanya hak veto dihapuskan. Sebagai organisasi yang membawa semangat dan lambang demokrasi kepada dunia, PBB perlu kembali kepada landasan pendiriannya”.
“Perdagangan antara negara hampir bebas dilaksanakan. Aktivitas ekonomi antara negara kapitalis dan sosialis berjalan seolah-olah bebas tanpa sekatan. Jadi mengapa tidak, PBB dan seluruh anggotanya berusaha untuk menjadikan dunia sebagai satu keluarga besar yang sempurna. Menjadi Keluarga Dunia sejati. Menjadi Keluarga Dunia yang aman damai.”
“Kini konflik yang terjadi antara Ukraina-Rusia telah melewati setahun. Tidak terlihat tanda-tanda akan berakhir. Ukraina mendapat dokongan NATO dan negara barat, sementara Rusia mendapat dukungan dari China. Banyak harta yang musnah, terutama Ukraina dan banyak nyawa yang menjadi koraban di kedua belah pihak,” katanya ketika menyampaikan kuliah umum di Universitas Pertahanan Republik Indonesia di Jawa Barat, Indonesia hari ini.
Ismail Sabri turut menjadi bagian yang menyarankan agar supaya dilahirkan Keluarga ASEAN, semasa KTT ASEAN yang dilakukan secara daring pada 26 Oktober 2021.
Menurutnya, negara-negara ASEAN boleh menjalinkan perhubungan yang begitu rapat sekali. Sehingga tidak timbul langsung perasaan curiga serta prasangka, maka banyak hal-hal kebaikan yang boleh diraih.
“Kemesraan itu boleh mengubah perbelanjaan negara yang tidak produktif kepada perkara sebaliknya. Sebagai contoh, hampir seluruh negara ASEAN membelanjakan sejumlah peruntukan yang besar kepada anggaran pertahanan. Sedangkan kita tahu, bahwa anggaran untuk senjata bukanlah produktif. Jadi untuk apa anggaran berbilion dolar ini?”.
“Sekiranya, kita negara-negara ASEAN dapat melahirkan kepercayaan sejati antara negara anggota, maka anggaran tersebut tidak diperlukan. Mungkin boleh digunakan untuk pendidikan gratis atau kesehatan gratis untuk rakyat.”
“Dari aspek ekonomi, negara-negara ASEAN adalah saling lengkap melengkapi umpama sebuah negara bukannya bersaing sesama sendiri. Umpamanya, wilayah adalah produsen utama karet dan kelapa sawit utama dunia tetapi harga komoditi ini ditetapkan oleh orang lain, malah kita berhadapan dengan pelbagai hambatan dari negara- negara luar wilayah.”
“Walapun kita ditekan oleh kekuatan besar dan tidak mempunyai kekuatan militer tetapi jika kita bersatu sebagai sebuah keluarga besar ASEAN, orang luar akan menghormati kita. Ibarat sebatang lidah mudah dipatahkan, jika diikat segenggam sukar untuk dipatahkan.”
Sementara itu kata beliau lagi, keamanan sejagat merupakan tanggungjawab global. Oleh itu, setiap negara wajar melaksanakan pelbagai cara untuk mempertahankan keamanan negara dan antarbangsa.
“Dalam Bahasa yang mudah bahawa ‘keamanan sejagat’ yang dimaksudkan adalah keamanan yang diperolehi secara alamiah, di mana bukan terhasil dari perang.”
“Saya menolak konsep ‘keamanan sedunia’ yang menggunakan kekuatan senjata atau memenangi peperangan untuk membentuk keamanan. Perang tidak dapat diselesaikan dengan perang untuk mencapai perdamaian.”
“Justru, saya mengajak para hadirin berdoa sambil berusaha, agar seluruh kepimpinan dunia melalui PBB, berikhtiar mencari jalan supaya segala bentuk konflik atau peperangan dapat diatasi. Jangan kerana kapitalis senjata dan minyak ini memusnahkan penghidupan umat manusia di dunia ini.” ujar Ismail Sabri.(chm)