- tim tvonenews
Arafah
Pidato Arafah jadi amanat terakhir Nabi ---tak lama setelah khutbah, Nabi wafat-- sekaligus inti ibadah haji karena mengandung nilai nilai kemanusian universial yang kini dikenal dengan Hak Asasi Manusia. Khutbah Nabi meringkas prinsip prinsip ajaran Islam selama 20 tahun berdakwah. Pertama, persamaan seluruh umat manusia. Bahwa tak ada klaim keunggulan berdasarkan faktor faktor kesukuan, kebangsaan dan warna kulit karena Tuhan seluruh umat manusia satu dan nenek moyang seluruh umat manusia sama: Adam dan Hawa. (QS.49:13)
Kedua, kehormatan, harta, nyawa dan darah manusia adalah suci. Asas ini mutlak tak bisa dilanggar, sebuah prinsip HAM yang paling mendasar. ”Barang siapa membunuh seseorang tanpa kesalahan pembunuhan atau perusakan di bumi, maka bagaimana membunuh seluruh umat manusia, dan barang siapa menolong hidup seseorang, maka bagaimana menolong hidup seluruh umat manusia”. (QS.5:32)
Ketiga, semua orang akan kembali kepada Allah dan Allah akan meminta pertanggungjawaban atas segala perbuatan masing masing secara mutlak. Tak ada dosa, kejahatan yang diwariskan. Kejahatan tidak akan menimpa kecuali oleh pelakunya sendiri.
Keempat, manusia tidak kembali menjadi sesat dan kafir dan saling bermusuhan. Tidak boleh saling menindas karena semua bentuk penindasan di zaman jahiliah dinyatakan batal, termasuk transaksi ekonomi berdasarkan riba.
Kelima, kewajiban memuliakan perempuan (istri). Ditegaskan wanita dan pria mempunyai hak dan kewajiban yang sama secara timbal balik. Cendekiawan Islam Nurcholis Madjid menyebut Pidato Perpisahan Nabi di Arafah saat Haji Wada adalah bukti Islam adalah ajaran keagamaan yang sangat menghargai individu atas dasar prinsip egalitarianisme, demokratis, terbuka dan berkeadilan.
Saya masih menghirup udara dari di luar tenda sambil menatap tugu dari kejauhan di atas bukit itu. Hawa mulai terasa dingin saat malam hadir dan mulai terasa menampari wajah, angin mulai menusuk persendian. Samar saya kembali mengingat lirik suara Kang Acil Bimbo: “ada tugas berat selesai/ dua puluh tiga tahun/ terdengar dalam amanatnya/ di Jabal Rahmah..”
(Ecep Suwardaniyasa Muslimin)