- Kolase tvOnenews.com
Di Balik Kemegahan Ponpes Al-Zaytun Ada Tragedi Kemanusiaan yang Luar Biasa
tvOnenews.com - Peneliti Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Zaytun Taufik Hidayat membeberkan sejumlah fakta mengejutkan di balik kemegahan fasilitas pendidikan yang dipimpin Panji Gumilang itu.
Taufik menyebut bahwa di balik kemegahan Ponpes Al-Zaytun terdapat tragedi kemanusiaan yang memprihatinkan.
“Yang harus kita pahami dari Al-Zaytun, ini lebih merupakan sebagai camp (pusat) konsentrasi,’’ kata Taufik dilansir dari tayangan Catatan Demokrasi tvOne, Minggu (2/7/2023).
Taufik memastikan bahwa sulit untuk menembus masuk ke dalam Ponpes Al-Zaytun. ‘’Jadi kalau ada MUI atau Kemenag datang ke sana mengirim surat mau investigasi itu hal yang tidak mungkin,’’ tegasnya.
Sebagai peneliti yang diutus MUI kala itu, Taufik berhasil mewawancarai Panji Gumilang selama lima jam lebih. Di sana ia mencecar pimpinan Ponpes Al-Zaytun itu tentang identitas aslinya.
‘’Saat itu kami kejar, betulkah Anda itu Abu Totok (Salah satu pendiri NII KW9)? Akhirnya ujungnya dia ngaku juga,” kata Taufik.
“Karena saya bilang syekh asli Sembung Anyar, Dukun, Gresik kan. Saya juga sudah ketemu sama adik Anda Wahid, bahkan ibunya Panji Gumilang,’’ imbuhnya.
Menurut Taufik, Panji Gumilang tidak ‘sakti’, namun upaya pengungkapannya lah yang terlalu lemah. Maka dari itu, Taufik ingin para pejabat pendukung Al-Zaytun diperiksa.
‘’Saya ingin orang-orang yang mendukung Al-Zaytun terutama Hendropriyono kepala BIN harus diperiksa,’’ ucapnya.
‘’Karena hasil penelitian kami dibilang buku iblis. Kita diancam,’’ tutur Taufik.
Taufik: Ada Tragedi kemanusiaan di Al-Zaytun
Padahal isi dari penelitian tersebut salah satunya mengungkap tragedi kemanusiaan luar biasa yang terjadi di Al-Zaytun.
‘’Orang boleh terpukau bangunannya besar, mewah, santrinya makannya teratur. Coba kalian lihat bagaimana ribuan pekerja di sana masuk jam 6 (pagi) pulang jam 6 (sore),’’ kata Taufik.
‘’Pulang sampai rumah yang mereka ngontrak di sekitar Haurgeulis, Tanjung Jaya, Mekar Jaya, Tanjung Kerta mereka hidup dalam kemiskinan. Satu kontrakan itu bisa (dihuni) lima keluarga,” imbuhnya.
Maka dari itu untuk membongkar borok Ponpes Al-Zaytun, Taufik menyarankan agar MUI bergandengan tangan dengan kepolisian karena sejak 2001 Intelkam dan Bareskrim Polri sudah pernah bergandengan tangan untuk membongkar Al-Zaytun.
‘’Tapi kan saat itu masih ada Hendropriyono dan Da’i Bachtiar,’’ ucapnya.