- Antara Foto
Masyarakat Diminta Kritis Membaca Hasil Survei, Peneliti: Harus Santai agar Tak Terjebak
Jakarta, tvOnenews.com - Mendekati tahun politik berbagai lembaga survei akan terus menerus mengeluarkan hasil survei terkait Pemilu 2024 baik itu pemilihan legislatif hingga pilpres. Oleh karenanya, masyarakat Indonesia harus kritis dalam membaca hasil survei politik.
Menurut Peneliti Litbang Kompas Yohan Wahyu, hasil survei merupakan hanya alat pengukur yang kebenarannya tidaklah mutlak.
"Survei itu alat pengukur suhu belaka yang tingkat kebenarannya tidak mutlak, sifatnya temporal, dan selalu dinamis," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu.
Untuk itu, lanjutnya, sebaiknya dalam membaca hasil riset politik, harus dibaca secara santai, agar tidak terjebak pada pemahaman bahwa survei politik sebagai kebenaran.
Hal yang sama juga diungkapkan Ketua Bidang Eksternal Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) Andi Syafrani. Ia menyatakan hakikat survei politik yang akhir-akhir ini semakin menjamur, pada awalnya bertujuan untuk memetakan secara akademis mengenai dinamika politik nasional.
"Semula hasil-hasil kerja lembaga survei itu menarik sebagai metode untuk melihat peta prilaku politik warga, hal ini tentu suatu kemajuan ilmu pengetahuan sosial karena sebelumnya metode survei ini tidak banyak dikenal," jelasnya dalam diskusi publik yang dilaksanakan Lembaga Kajian Indonesia Development Research (IDR).
Meski demikian, menurut Andi yang juga sebagai perintis lembaga survei diawal kemunculanya menyadari, bahwa kerja-kerja lembaga survei sering dimanfaatkan sebagai alat propaganda politik.
"Saya merintis karir sebagai surveyor lapangan sehingga saya paham secara utuh bagaimana survei itu dilakukan dan bagaimana pula pertumbuhannya," jelas Andi.
Sementara itu, jurnalis senior mantan Majalah Tempo Elik Susanto menyarankan agar lembaga survei yang selama ini aktif mengerjakan survei politik tidak terjebak sebagai alat membodohi masyarakat dengan menggiring opini untuk kandidat tertentu.
"Sebaiknya lembaga survei harus profesional dan ketat pada metodologi riset," katanya. (ant/mii)