- Kolase tvOnenews.com
Habib Kribo Mendapat Tepuk Tangan Saat Bela Panji Gumilang dan Menerima Perbedaan: Kita Tidak Perlu Jadi Tuhan!
Jakarta, tvOnenews.com - Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang kini telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus penistaan agama. Penyidik Bareskrim Polri resmi menetapkan Panji Gumilang sebagai tersangka setelah menjalani pemeriksaan.
Namun, Panji Gumilang hingga kini belum ditahan, sebab Direktur Tindak Pidana Umum (Dirtipidum) Bareskrim Polri Brigjen Djuhandani Rahardjo Puro menjelaskan dedengkot Ponpes Al Zaytun itu masih harus menjalani pemeriksaan lanjutan.
Dibalik semua ajaran yang dinilai kontroversial, banyak pihak mengecam atas ajaran yang dianggap menyimpang dari syariat Islam.
Habib Kribo. (Ist)
Tidak bagi Habib Kribo atau Zein Assegaf. Dirinya bahkan secara terang-terangan menolak adanya pasal penistaan agama. Sebab menurutnya pasal penistaan agama sering membuat keributan di Indonesia.
Melalui program acara Catatan Demokrasi, tvOne, Habib Kribo menyampaikan masalah ini justru melebar, bukan hanya tentang penistaan agama kini masalahnya hingga penutupan usaha Panji Gumilang.
“Ini mau dibawa kemana nih masalah ini. Kalau kita mau cari kesalahan setiap orang tuh punya salah, nggak usah Al Zaytun. Fokuskan aja,” ungkap Habib Kribo dalam Program Acara Catatan Demokrasi, tvOne.
Habib Kribo juga menegaskan bahwa tidak ada orang yang sempurna. Setiap orang tidak dapat mengklaim dirinya paling benar, sama halnya seperti ajaran agama.
“Kesempurnaan hanya milik Tuhan. Kita tidak bisa mengklaim pendapat saya mutlak untuk semua, apalagi hal ritual. Kapan selesai negeri ini ribut isu agama,” ujarnya.
Ia menilai kini masyarakat telah melampaui batas, terlebih saat seluruh kesalahan Panji Gumilang telah diumbar, mulai dari pembuatan kapal hingga usaha kayu yang tidak berizin.
“Saya pikir sudah menyimpang loh. Kalau cuma perbedaan ritual, apa harus dibawa ke polisi? Kasih aja penjelasan, nggak bisa kita menuduh itu orang kafir,” tuturnya.
Sementara itu, ia menyampaikan perbedaan akan selalu ada. Bahkan Habib Kribo juga mencontohkan perdamaian dalam perbedaan yang terdapat pada ormas NU dan Muhammadiyah.
“NU dan Muhammadiyah aja udah beda jauh. Ritual NU itu banyak di Muhammadiyah atau di Wahabi dibilang musyrik, ke kuburan. Kok bisa damai?” kata Habib Kribo.
Maka dirinya menegaskan sebagai umat manusia, khususnya muslim harus dapat menerima sebuah perbedaan.
“Kita harus membuka peluang, perbedaan itu akan terjadi. Selama masih belum ada yang memiliki otoritas langit yang di sini nabi, itu perbedaan terjadi dan kita nggak perlu merasa saya paling benar,” jelasnya.
Habib Kribo. (tvOne)
Pria dengan nama Zein Assegaf ini telah dilaporkan kepada pihak kepolisian karena tudingan penistaan agama. Padahal menurutnya tak ada niat untuk menistakan agama manapun apalagi Islam.
“Saya sekarang dilaporkan ke polisi di Makassar. Saya katanya dibilang penista agama. Maaf, saya jelek-jelek begini juga Habib. Nggak akan saya jual agamanya Rasulullah,” ujarnya.
Ia mengatakan bahwa saat ini ada banyak orang yang berpandangan sempit. Hal ini membuat bila adanya perbedaan dalam beribadah, langsung disebut sebagai penistaan agama.
Padahal Habib Kribo menganggap tak ada yang betul-betul dapat memutuskan siapa yang benar dan salah dalam beribadah.
“Saya dituduh penista agama, dilaporkan saya di Sulawesi. Saya yakin kalau Nabi Muhammad hari ini ada pasti dituduh penista agama. Kenapa? Banyak pemahaman kita ini yang masih salah. Kita merasa paling benar,” tuturnya.
Menurut pandangannya, saat ini Islam sudah banyak aliran dan tak ada satupun yang terjamin kebenaran dan kesempurnaannya. Atas hal itu, Habib Kribo meminta masyarakat untuk saling menghargai tentang perbedaan dalam beragama.
“Islam terpecah-pecah banyak aliran. Siapa yang bisa mengklaim paling sempurna? Tidak ada. Kalau dia nggak mau ya kita jalani lagi nggak usah dipaksa, nggak usah dilabeli ini penistaan agama, ini kafir. Enggak usah merubah diri jadi tuhan,” pungkasnya. (kmr)