- Antara
Survei SMRC Simulasi 3 Nama: Ganjar Tetap Unggul, Meskipun Anies-Cak Imin Sudah Deklarasi
Jakarta, tvOnenews.com - Lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil survei terkait elektabilitas tiga pasangan bakal calon presiden dan bakal calon wakil presiden di Pilpres 2024.
Hasilnya, Ganjar Pranowo yang disimulasikan bersama Ridwan Kamil berhasil unggul dari pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar yang diketahui sudah resmi mendeklarasikan sebagai pasangan bakal capres-cawapres.
Sedangkan pasangan Prabowo Subianto yang disimulasikan berduet dengan Erick Thohir berada di posisi kedua.
“Anies-Muhaimin mendapatkan dukungan 16,5 persen, Prabowo – Erick 31,7 persen, dan Ganjar – Ridwan Kamil 35,4 persen. Masih ada 16,4 persen yang belum jawab,” kata pendiri SMRC Saiful Mujani dalam keterangan resmi, Jumat (15/9/2023).
Saiful memaparkan survei terbaru SMRC dilakukan melalui telepon pada 5 – 8 September 2023. Survei telepon dilakukan pada warga yang memiliki telepon. Mereka merepresentasikan 80 persen pemilih.
Lebih lanjut, Saiful berkata responden yang terlibat juga merupakan warga yang memiliki akses ke media online, dan yang punya akses pada internet dan memiliki telepon.
“Karena itu, survei telepon cukup bisa menggambarkan sikap dan sentimen pemilih terhadap deklarasi pasangan Anies-Muhaimin atau yang dikenal sebagai pasangan Amin,” ujarnya.
Saiful menuturkan simulasi SMRC hanya untuk melihat bagaimana reaksi publik pada pasangan Anies-Muhaimin setelah dideklarasikan. Sedangkan Ganjar diketahui belum memutuskan akan berpasangan dengan siapa, tapi dari berita yang beredar, salah satu yang potensial adalah Ridwan Kamil.
“Ridwan sendiri sudah bertemu dengan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarno-Putri. Sementara untuk Prabowo, salah satu tokoh yang potensial menjadi pasangannya adalah Erick Thohir,” ujar Saiful.
Sementara Erick Thohir didukung sebagai wakil presiden oleh Partai Amanat Nasional (PAN), partai yang sekarang mendukung Prabowo. Erick dinilai sudah melakukan sosialisasi sejak jauh hari untuk menjadi calon wakil presiden.
“Tentu saja pasangan Ganjar maupun Prabowo bisa berubah, tapi setidaknya pasangan Anies-Muhaimin kemungkinan relatif stabil,” ujarnya.
Saiful mengatakan bahwa pihaknya belum pernah membuat simulasi Anies berpasangan dengan Muhaimin. Karena itu tidak bisa dibandingkan apakah sentimen pemilih ketika survei dilakukan itu positif atau negatif pada deklarasi Anies – Muhaimin.
“Namun dalam survei individual di mana Anies berhadapan dengan Ganjar dan Prabowo, suara Anies sekitar 20an persen. Artinya, ketika Anies berpasangan dengan Muhaimin, data ini menunjukkan suara Anies belum mengalami kenaikan,” ujar Saiful.
Di sisi lain, Saiful menyatakan bahwa selama ini Anies didukung oleh Nasdem, PKS, dan Demokrat yang jika dijumlahkan, suaranya kurang lebih sekitar 20an persen, sama dengan perolehan suara Anies dalam simulasi tiga nama.
Karena itu, menurut Saiful, jika suara Anies-Muhaimin sekarang sekitar 16 persen, ini mungkin mencerminkan kekuatan dua partai, bisa PKB dengan Nasdem atau Nasdem dengan PKS. Saiful menyebut bahwa angka dukungan sekitar 16 persen logis karena kemungkinan mencerminkan dua kekuatan politik.
Jika hal tersebut terjadi, menurut Saiful, artinya Anies tidak atau kurang memiliki pemilih independen, karena pendukungnya hanya berasal dari partai-partai yang mengusungnya. Padahal partai-partai memberi dukungan karena berharap mendapatkan efek ekor jas dari Anies.
Namun dilihat dari data sementara tersebut, Anies belum memberikan efek ekor jas karena suara pendukungnya masih merupakan suara partai.
“Kalau menurun, saya tidak bisa bilang begitu. Tapi setidak-tidaknya (data ini menunjukkan) tidak meningkat. Ini reaksi publik beberapa hari setelah deklarasi Anies-Muhaimin. Harapan bahwa suara pasangan ini akan meningkat paska deklarasi belum terjadi. Kalau kita berpikir positif, mungkin karena mesin politiknya belum panas dan pemilih butuh waktu untuk antri masuk ke kotak Anies-Muhaimin,” kata Saiful. (ebs)